Krisan Kulo dan Riri, Dalam Sebuah Kesalahan Penamaan

Ku'lo, dalam bahasa orang Tombulu (Tomohon) adalah putih. Dan Riri adalah Kuning, yang menjadi nama dari 2 jenis tanaman bunga introduksi dari Belanda (Seruni). Di masanya, menurut penuturan tokoh budaya Tombulu H.B.Palar, itu masuk sekitar 1819. Melalui para Misioner dan Zeending, di Minahasa.

Tatkalah dimasanya, waktu dihadirkan oleh para Missioner sebagai bunga penghias saat akan diadakan misa (perayaan Ekaristi dalam liturgy Barat). Jadi bunga seruni yang saat ini dikenal Krisan Kulo dan Riri, istilah orang Tombulu (Salah satu suku Minahasa) pada warna bunga putih dan kuning.

Gambar 2. Pengukuran Tinggi dan Diameter Bunga Krisan Kulo/Dokpri

Tanaman Seruni (Krisan) dengan keunggulan hanya ditanam di samping gereja (rumah ibadah) atau halaman rumah, tanpak perlakuan khusus. Dipanen setiap Minggu dan bergantian, tanpa penyeragaman berbunga. 

Tanaman tumbuh subur, tinggi melebihi tinggi orang, batang kekar bunga besar, tanpak tambahan lampu penerangan. Itulah keunggulan lokal dari bunga Krisan Kulo dan Riri.

Tatkala tanaman ini, dengan keunggulannya itu, diangkat menjadi varietas Nasional saat Tomohon International Flowers Festival (TIFF), terjadi kekeliruan penamaan. Kulo yang di duga oleh pembuat surat varietas (SK Varietas), Kuning Lokal (Kulo) dan ditulis kuning lokal, akhirnya menjadi nama pada Krisan Kuning. 

Gambar 3. Tampilan Krisan Riri melebihi tinggi tim BSIP Sulut/Dokpri

Krisan putih yang seharusnya nama lokalnya Kulo, jadi penulisan namanya jadi Kuning. Akhirnya terjadi kekeliruan penamaan. Dan untuk merubahnya dibutuhkan proses panjang lagi. Itulah kekeliruan dalam surat keputusan terkait Krisan Kulo dan Riri setelah jadi unggul Nasional.

Jadi Kulo itu, menurut orang Minahasa-Tombulu adalah Putih. Dan Riri, adalah kuning. Semoga informasi ini akan meluruskan pemahaman bagi pelaku utama dan usaha bunga. Yang utama Sumberdaya Genetik Adaptif Tomohon, sudah berkontribusi untuk anak Bangsa. (#Artur06082023)