Cara berpakaian sering ingin menunjukkan sesuatu. Ada sesuatu di dalamnya yang terkadang mempunyai arti mendalam bagi si pemakai pakaian. Si pemakai pakaian terkadang ingin menunjukkan sesuatu dari bentuk maupun warna pakaian tersebut.
Simbolisasi berpakaian itu pula yang saya coba perhatikan sejak drama penantian penunjukan Ahok sebagai cagub DKI pilihan PDI-P hingga akhirnya didaftarkan di KPUD. Tidak bisa dipungkiri bahwa simbol berpakaian Ahok jelas menunjukkan sesuatu dalam drama tersebut.
Tidak ada satu pun yang memastikan hingga malam tadi bahwa Ahoklah yang dipilih untuk mewakili PDI-P. Ahok juga menunjukkan sikap yang tak pasti dan meragukan walaupun mengungkapkan bahwa dia sudah diundang untuk datang ke kantor DPP PDIP pada sore hari tetapi belum tahu untuk apa. Hal itu diperlihatkan dengan jelas dari simbol berpakaian. Datang ke Kantor DPP PDIP pukul 17.00 WIB kemarin, Ahok mengenakan batik coklat lengan panjang layaknya memang seorang undangan.
Semua menjadi jelas ketika waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Ahok memang undangan, tetapi undangan yang istimewa. Ahok resmi dipasangkan dengan Djarot untuk menjadi cagub dan cawagub DKI Jakarta. Ahok pun terlihat tersenyum. Di antara puluhan calon kepala daerah yang diusung oleh PDIP, Ahok memang terlihat “istimewa” dengan satu-satunya yang berpakaian berbeda. Ahok ingin menunjukkan bahwa walaupun dia tidak “merah” tetapi dia tetap Indonesia dengan batiknya. Begitulah Ahok.
Simbolisasi berpakaian kedua Ahok perlihatkan tadi pagi hingga siang ini dalam acara pendaftaran ke KPUD. Ahok memilih berkemeja kotak-kotak. Persis dengan simbol yang dia pakai ketika bersama dengan Jokowi pada pilgub sebelumnya walaupun kalau kita cermati pilihan warna kotak-kotaknya agak sedikit gelap. (Atau Televisi saya yang salah ya?).
Jika kita ingat pertama kalinya baju kotak-kotak ini diperkenalkan, maka ada simbol penting yang ingin disampaikan. "Kami memilih kemeja ini bukan tanpa alasan. Ini ada artinya. Intinya adalah kami akan kerja untuk rakyat dan turun terus ke lapangan. Jakarta butuh cagub-wagub yang tidak hanya duduk di belakang meja,” kata Ahok (Kompas, April 2012).
Ahok juga menjelaskan arti tiga warna di baju kotak-kotak tersebut. Tiga warna tersebut memiliki makna bahwa warga Jakarta beraneka ragam, baik dari suku, etnis, maupun agama, dan tetap hidup berdampingan dengan damai. Super sekali. Hidup kotak-kotak!
Seiring dengan tren kotak-kotak waktu itu banyak pengamat politik yang menambahkan dengan menafsirkan arti baju kotak-kotak ini. Baju kotak-kotak dikatakan menunjukkan tentang sifat supel, tidak mau dikekang dan memihak. Independen. Ahok dan Jokowi saat itu dinilai tidak mau dilekatkan dengan atribut partai. Berpikir dan bekerja hanya untuk rakyat.
Kembali ke Ahok dan Djarot siang tadi, cara berpakaian mereka ini banyak diapresiasi oleh banyak orang termasuk pengamat maupun kami yang memantau melalui layar televisi, apalagi Ahok terkesan dapat “membujuk” Djarot untuk berbaju sama kotak-kotak. Sekali lagi menjadi sebuah cara tidak umum yang dilakukan oleh orang yang sudah didukung oleh berbagai partai besar, termasuk PDIP.
Namun, konfigurasi berpakaian mulai berubah ketika Megawati datang dan mendampingi mereka. Simbolisasi kotak-kotak mulai menjadi “tiga perempat saja” karena Djarot memilih memakai Jaket Merah kebesaran PDIP menutup baju seragam kotak-kotak mereka ketika duduk di depan KPUD. Ahok masih “keras kepala” dengan baju kotak-kotaknya.
Tetapi konfigurasi berpakaian menjadi sama ketika sesi konferensi pers. Entah kenapa (katanya sedikit dipaksa), Ahok akhirnya memakai jaket merah, seragam dengan Djarot. Ahok yang pada awalnya dikira tidak mau lepas dari simbolisasi partai dengan mengenakan baju batik dan baju kotak-kotak akhirnya berjaket merah juga. Penonton kecewa.