Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Benci Juventus, Hina Torino, tapi Jangan Tenggelamkan Turin

7 Mei 2017   13:35 Diperbarui: 7 Mei 2017   21:03 3494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Derby della Molle selalu berlangsung seru/Bara

Pertandingan antara Juventus melawan Torino sudah selesai dini hari tadi. Pertandingan bertajuk Derby della Mole tersebut berakhir imbang 1-1. Torino unggul terlebih dahulu melalui tendangan bebas Adam Ljajic pada menit ke-52. Juventus baru berhasil menyamakan kedudukan melalui tendangan voli striker andalan mereka, Gonzalo Higuain di injury time. Hasil yang membuat Juventus harus menunda pesta scudetto mereka.

Di balik hasil tersebut, memang derby Turin tersebut selalu menyajikan permainan ketat, keras dan seru sepanjang pertandingan. JIka sudah bertemu di lapangan, hampir tak ada perbedaan jurang pemisah antara kedua klub. Juventus yang bertabur bintang kelihatan setara dengan Torino yang kali ini mengandalkan pemain minim pengalaman. Sesuatu yang patut dibanggakan ketika derby tertua dalan sejarah sepak bola Italia itu dipertandingkan.

Derby pertama antara kedua tim terjadi pada tanggal 13 Januari 1907. Torino yang didirikan oleh mantan Presiden Juventus, Alfredo Dick pada tahun 1906 secara mengejutkan berhasil mengalahkan Juventus 2-1. Torino tampil sangat ngotot dalam pertarungan itu.

Kengototan itu memang menunjukkan bagaimana latar belakang kedua pendukung itu sebenarnya. Torino dikenal memiliki suporter dari kalangan kelas pekerja, sebaliknya Juventus mempunyai basis pendukung dari kelas menengah. Torino mempunyai fans dari kalangan miskin sebaliknya Juventus dari kalangan Borjuis.

Kedua kelas ini terbentuk tidak dengan sendirinya. Apalagi sejak setelah perang dunia I, Juventus dipimpin oleh keluarga Agnelli, pemilik FIAT Grup, perusahaan otomotif terbesar di Italia. Sedangkan Torino, berjuang mencari massa dari sisanya, masyarakat pinggiran.

Wajah dukungan suporter yang berbeda segi sosial dan ekonomi ini menjadikan sentimen-sentimen antar kelas itu menjadi bumbu yang sangat terasa sebelum, ketika dan sesudah pertandingan. Kekerasan antar kedua pendukung kerap terjadi, dan biasanya dipanas-panasi oleh saling ejek dan gesture pemain sesudah mencetak gol ke gawang lawan.Dalam duel 2001/2002 Enzo Maresca yang mencetak gol ke gawang Torino dan menaruh kedua tangan di atas kepala membentuk tanduk banteng. Siapa sebenarnya bantengnya, El Toro, Torino. Sesudah pertarungan, pendukung Torino membakar bangku penonton di Delle Alpi.

Gestur provokatif Maresca 2001/2002/ Goal.com
Gestur provokatif Maresca 2001/2002/ Goal.com
Selanjutnya, jika bicara rekor pertemuan di Seri A Juventus boleh berbangga karena dalam 143 pertemuan antar mereka, Juventus sanggup memenangkan 65 pertandingan di antaranya dibanding Torino dengan 35 kali kemenangan. 

Meskipun begitu, Torino sebenarnya bukanlah klub kelas gurem, malah Torino pernah dikenal sebagai penguasa sepak bola Italia. Pada kisaran 1943-1949, Torino menjadi juara Seri A. Torino seperti tidak tertahankan di Italia. Torino menjadi tim tertangguh di Italia dan dikenal sebagai “The Grande Torino”. Torino terhebat.

Namun peristiwa tragis menghentikan itu semua. Pesawat yang membawa pulang skuad Torino dari Lisabon, Portugal ke Turin harus hancur berkeping-keping setelah menabrak bukit Superga. 31 penumpang tewas seketika, dan 18 dari 31 orang itu adalah skuad inti Torino.

Salah satunya adalah kapten, Valentino Mazzola. Pemain paling karismatis di Italia waktu itu, sekaligus ayah dari Sandro Mazzola, legenda Inter Milan. Tragedi itu dinamakan dengan Tragedi Superga. Sesudah itu, Torino seperti harus memulai dari nol kembali. Sangat menyakitkan karena semusim kemudian Juventus lah yang meneruskan menjadi raja di Italia.

Tahun 2014, suporter Juventus dikecam habis karena menggunakan tragedi tersebut sebagai bahan ejekan kala menjamu Torino di JStadium. Meskipun Juventus telah dihukum denda, Sandro Mazzola berteriak keras memprotes hal tersebut. "Saya katakan, stadion harus ditutup selama satu tahun, bahkan mungkin selamanya. Hanya di Italia hal semacam ini terjadi," ujar Mazzola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun