Chelsea berhasil mengunci gelar liga premier Inggris setelah mengalahkan West Bromwich Albion 1-0 dini hari tadi sekaligus gelar liga Inggris yang keenam bagi klub berjuluk si biru atau The Blues itu.
Dalam 36 pertandingan yang telah dilakoni, Chelsea berhasil mengumpulkan 87 poin atau unggul 10 angka dari pesaing terdekat mereka Tottenham Hotspurs. Dengan hanya tersisa 3 laga bagi Hotspurs, Chelsea tak akan mungkin terkejar lagi.
Tidaklah mudah bagi anak-anak asuhan Antonio Conte ini untuk meraih gelar juara musim ini. Meskipun sebelumnya meraih gelar juara pada musim 2014/2015, pada musim 2015/2016 Chelsea serasa seperti terjun bebas.
Berstatus sebagai juara bertahan, saat itu Chelsea terpuruk dan bahkan berjuang agar tidak masuk ke zona degradasi. Beruntung, setelah menggantikan Jose Mourinho dengan Guus Hiddink, Chelsea harus puas finish di posisi 10 klasemen akhir Liga Inggris.
Roman Abramovich murka di saat Chelsea tidak berhasil menunjukkan sinar terangnya, gelap bagi Chelsea. Belum selesai musim, taipan asal Rusia itu “memaksa” pelatih timnas Italia, Antonio Conte untuk dapat membesut Chelsea musim berikutnya (2016/2017).
Conte tertarik. Mantan pemain dan pelatih Juventus itu diiikat pelatih asal Italia tersebut dengan kontrak dengan durasi tiga tahun. "Saya senang dengan prospek bekerja untuk Chelsea FC. Saya bangga menjadi pelatih timnas, dan hanya tugas menarik sebagai pelatih Chelsea yang bisa melengkapi kebanggaan itu," ujar Conte saat menandatangani kontraknya bersama The Blues.
Kebanggaan yang dimaksud pelatih berusia 47 tahun ini tak berbanding lurus dengan prestasi di awal musim. Tiba resmi pada 1 Juli 2016, Conte langsung diisukan akan dipecat pada bulan Oktober. Chelsea saat itu hanya berhasil meraih 3 kemenangan dari 6 kali pertandingan di awal musim. Menurut beberapa media, Conte tinggal menunggu hari untuk dipecat Abramovich.
Conte tak menyerah. Setelah periode sulit itu, Chelsea bangkit. Chelsea berhasil meraih 13 kemenangan beruntun. Prestasi mengkilap yang membuat Chelsea seperti terbang sendirian di puncak klasemen ini tak lepas dari kejeniusan Conte yang merubah sistim bermain Chelsea.
Setelah kalah dari Arsenal 0-3 pada September tahun lalu, Conte mengubah formasi Chelsea menjadi 3-4-3. Hasilnya rentetan kemenangan gemilang berhasil diukir Eden Hazard Cs. "Kami kalah dari Arsenal dan kemudian meraih rentetan kemenangan yang gemilang. Saat itu kami yakin bisa menjadi juara Premier League," ujar Hazard, pemain andalan Chelsea asal Belgia tersebut.
Formasi ini selain baru, berhasil mengangkat kepercayaan diri pemain-pemain Chelsea. Hazard, dan Pedro yang tampil melempem musim lalu tampil menggila dengan formasi ini. Tambahan pembelian cerdas seperti N’Golo Kante (Leicester City), Alonso (Fiorentina) dan David Luiz (PSG) membuat Chelsea tampil kokoh sepanjang musim.
Kepemimpinan Conte menjadi salah satu faktor penting lainnya. Antusiasme dan karakter kepemimpinan khas Conte berhasil membuat setiap pemain dapat memberikan kontribusi signifikan.