Akan tetapi itulah. Keunggulan-keunggulan itu akan segera dilupakan, karena pada akhirnya sepakbola hanya menghitung bahwa setiap tim yang lebih banyak mencetak gol di lawanlah yang keluar sebagai pemenang, bukan keunggulan statistik yang akhirnya menjadi percuma.
Keunggulan Pep Guardiola yang Nampak Penuh Percaya Diri
Lalu bagaimana Pep Guardiola dengan Manchester City? Meskipun terlihat mampet secara statistik, dan dibuat kerepotan oleh Inter menjelang akhir laga, Â namun saya mesti mengatakan bahwa City-nya Guardiola mengontrol laga dengan saya baik.
Ada 2 (dua) hal yang dapat saya kemukakan;Â
Pertama, kepercayaan diri Pep Guardiola memainkan formasi 3-2-4-1 dengan John Stones yang ditransformasi menjadi gelandang box to box.
Maksud saya begini. Ada pilihan aman yang dapat dimainkan oleh Pep, yakni memainkan formasi 4-3-3. Di pilihan ini, Pep dapat memainkan Kyle Walker sebagai inverted full back, dibanding mendorong John Stones lebih liar ke depan.
Di pilihan ini, dipercaya, City dapat lebih aman untuk menghentikan laju dua sayap milik Inter Milan, tetapi Pep adalah Pep, pelatih yang tak ingin berada di zona nyaman, dengan temuan pergerakan pemain yang luar biasa.
John Stones dipilihnya untuk dimainkan sedari awal, dan bersama Bernardo Silva dapat bergerak liar dari sisi kiri pertahanan Inter Milan, sedangkan Ruben Diaz, Nathan Ake, dan Manuel Akanji akan terus berdiri kokoh dalam kesejajaran.
Jelas efektif, karena di atas kertas, 3-5-2 milik Inzaghi dipercaya memberi jaminan kekuatan di lini tengah, tetapi ketika berhadapan dengan 3-4-1-1 milik City, maka lini tengah tetap dikuasai oleh City, karena Pep menghadirkan 6 orang gelandang dengan tambahan John Stones yang sering bergerak bebas.
Terbilang jenius, karena gelandang dan bek Inter Milan, di beberapa titik, terlihat kebingungan membaca pergerakan dari John Stones, Ilkay Gundogan, Rodrigo, dan tambahan  fleksibilitas Bernardo Silva dan Kevin De Bruyne.
Kedua, Erling Haaland yang sebenarnya berkontribusi maksimal meski minim peluang. Sebelum laga final ini, kepada media ketika ditanyakan media tentang kunci kesuksesan City di laga final, Pep Guardiola lalu seperti menyamakan Haaland dengan Lionel Messi.
"Saya tidak bercanda! (Tapi kuncinya) adalah memiliki Messi di masa lalu (bersama Barcelona) dan memiliki Haaland sekarang. Setiap manajer yang sukses memiliki manajemen yang baik dan pemain yang hebat". kata Pep Guardiola.