" Mau tendang ke langit kah?" begitu kalimat sindiran "kampung" yang sering terdengar jika ada pemain yang tendangannya melenceng terlalu jauh dari gawang. Â Saya tentu juga pernah mendengar, bahkan juga pernah diteriaki rekan setim karena melakukan hal tersebut.
Secara harafiah tentu saja tidak ada yang mampu menendang sampai ke langit. Roberto Carlos atau Gabriel Batistuta yang dikenal memikili tendangan keras sekalipun, juga tak mampu melakukannya.
Hal itu jelas ungkapan yang digunakan untuk menunjukan kekesalan teman main, yang sudah memberi bola, lelah karena ikut berlari, dan mungkin juga karena berekspetasi terlalu tinggi bahwa si penendang seperti Alesandro Del Piero yang tak akan meleset menendang bola dan membobol gawang, tidak menuju "langit".
Apapun itu. Sindiran tetap sindiran. Ada harapan yang tak tercapai, dan kalimat itu kadang keluar di bawah alam sadar, bahkan untuk pemain yang diidolakan sekalipun.
***
"Marselino, mau tendang ke langit kah?"  begitu teriak kolega yang sedang nobar, setelah melihat tendangan gelandang timnas U-23 Marselino Ferdinan yang melesat terbang tinggi  menjauhi gawang Thailand.
"Ini bukan main di Bajawa sana" tambahnya. Marselino memang berdarah NTT, dari Bajawa, kota dingin di Pulau Flores. Â
Seingat saya, di laga final Sea Games 2023 menghadapi Thailand, Marselino memang tak sekali dua kali menendang ke langit.Â
Kaki terkuatnya, yakni kaki kanannya, nampak agak sulit dikendalikan ketika menendang keras. Terlampau keras, membuat gradasi naiknya bola bergerak terlalu cepat dan tinggi.
Padahal, jika itu disebut sebagai peluang, maka peluang itu lahir dari skema yang amat cantik. Jika tidak dimulai dari skema operan satu dua yang elok dipandang, maka berawal dari pergerakan individu Marselino yang menawan.