Di grup WA kolega, setelah gol kedua Vietnam, ramai muncul ajakan untuk mematikan siaran televisi. Bahkan setelah gol kedua Vietnam, grup menjadi sepi.
Saya memilih untuk tetap menyaksikan laga hingga usai, hanya untuk satu hal, melihat kiper Vietnam yang kabarnya berdarah Rusia itu, menepis tendangan pemain kita.
Apa daya, uraaa, keinginan saya itu tidak terjadi. Saya malah disajikan pujian setinggi langit dari komentator untuk Nadeo, kiper timnas kita, yang mampu menepis tendangan pemain Vietnam.
Pujian yang menurut saya terdengar garing. Memang pujian itu baik, tapi dalam kondisi kalah dengan tanpa melakukan satupun shoot on goal, saya kira pujian itu tak mampu mengobati kekecewaan.
Pada akhirnya, Vietnam mengalahkan Indonesia dengan skor meyakinkan 2-0, dan melangkah ke final Piala AFF 2022, karena di leg pertama di kendang sendiri, Indonesia juga nihil mencetak gol, dan skor hanya berakhir kacamata.
Apa yang terlihat di lapangan? Ah, tak ada yang bisa dibanggakan, tapi untuk keperluan detailing pertandingan.
Saya kira ada 3 (tiga) hal yang membuat Indonesia dengan mudah takluk dari tim asuhan Park Heng Seo, sosok yang saya kira paling dibenci oleh skuad Indonesia di Stadin My Dinh, yang rumput lapangannya tak subur itu.
Oke, mari kita mulai.Â
Pertama, Shin Tae-Yong gagal membuat lini depan timnas tajam di Piala AFF 2022 ini, setelah kehilangan Dimas Drajad. Di FIFA Matchday tahun lalu, Shin Tae-yong, sempat dibuat gembira setelah menemukan Dimas Dradjad.
Keluhan pelatih asal Korsel bahwa tidak bisa menemukan pemain depan yang sesuai dengan skema yang diinginkannya terjawab dengan kehadiran striker Persikabo, Dimas Dradjad. Sayang, di awal Desember, kabar buruk datang, Dimas menderita cedera lutut, dan harus istirahat panjang.