Lionel Messi pernah mengatakan bahwa pelatih yang paling berjasa dalam karirnya bukanlah Pep Guardiola, tetapi Frank Rijkaard.
Alasannya sederhana, Rijkaard lah yang paling pertama mempercayai Messi untuk masuk di tim utama. Tanpa Rijkaard, Messi belum tentu bisa menjadi salah satu pemain terhebat di jagat ini.
Saya setuju bahwa di balik pemain hebat, ada sosok pelatih hebat dengan kemampuan membimbing dan membantu memberi keputusan terbaik bagi sang pemain, apalagi untuk pemain muda dan belia.
Selain Messi, seorang Christiano Ronaldo juga di beberapa kesempatan menyebut bahwa Sir Alex Ferguson sudah seperti seorang ayah baginya.
Ayah yang dapat membimbing Ronaldo muda saat bergabung bersama Manchester United, memberi tahu Ronaldo jalan yang tepat dan tentu saja melindungi Ronaldo di saat sulit di awal karirnya.
Tiba-tiba dua hal non teknis ini terpikirkan oleh saja menjelang laga timnas Indonesia vs Timor Leste yang akan berlangsung besok. Dalam pikiran say aitu terbayang, dua pemain muda yang baru berusia 17 tahun, Marselino Ferdinan dan Ronaldo Kwateh.
Pikiran saya sederhana, dibantu dengan sebuah pertanyaan simpel, bagaimana jika kedua pemain ini tidak tampil apik seperti ekspetasi banyak orang? Siapa yang bisa "melindungi" mereka?
Untuk pertanyaan pertama, tentu saya memiliki alasan yakni jelang laga tersebut sorotan untuk kedua pemain ini sangat besar.
Bahkan saya juga percaya bahwa besok para penonton laga timnas Indonesia vs Timor Leste akan berkonsentrasi atau memberikan perhatian lebih kepada gerak Marselino Ferdinan dan Ronaldo Kwateh.
Lebih lanjut, mungkin di bayangan para penikmat timnas Indonesia, besok diharap Marselino tampil bak Zinedine Zidane dan Ronaldo Kwateh seperti Ronaldo Nazario da Lima, meliuk-liuk melewati lawan dan mencetak gol.