Dalam jumpa pers virtual Piala AFF 2020 kemarin, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong menegaskan sesuatu, bahwa timnya tidak menginginkan sesuatu yakni adu penalti.
"Kemungkinan ada. Tetapi kami akan menyelesaikan pertandingan, jangan sampai ada adu penalti," ujar Shin Tae-yong.
Apa maksud Shin Tae-yong? Meski tidak menjelaskan lebih lanjut tersirat beberapa hal yang saya kira dapat diduga dari pernyataan Tae-yong ini.
Pertama, situasi adu penalti akan memberatkan bagi skuad Garuda nantinya. Bisa jadi Tae-yong mengkuatirkan bahwa dukungan penonton di Singapura akan mengganggu konsentrasi dan mental para pemain dalam babak tos-tosan.
Jelas saja. Di babak adu penalti, teriakan dan dukungan penonton amatlah fundamental.
Memiliki skuad yang muda, Tae-yong menyadari bahwa pengalaman Asnawi Mangkualam  dkk bisa saja tidak cukup menghadapi situasi seperti ini.
Saya memberi contoh bagaimana seorang Bacary Saka di final Piala Eropa kemarin gagal menuntaskan tugasnya sebagai seorang eksekutor penalti bagi timnas Inggris ketika di sisi lain Leonardo Bonnuci yang lebih tenang dapat membawa Italia menjadi juara.
Hal yang mungkin saja dapat terjadi di skuad Garuda.
Kedua, secara tidak langsung Shin Tae-yong ingin mengatakan bahwa timnas akan bermain agresif, menyerang sedari awal hingga akhir. Pilihan ini menjadi mungkin karena pendekatan yang dilakukan di leg pertama sedikit berbeda.
Di leg pertama, Tae-yong memainkan taktik 5-4-1 yang cenderung bertahan dan memanfaatkan serangan balik. Di leg kedua ini Tae-yong rasanya ingin agar timnya dapat bermain agresif, dengan prediksi saya akan memainkan formasi 4-3-2-1 yang memang lebih banyak dimainkan Asnawi dkk.
Harapan agar dapat mendominasi,menguasai bola dan menyerang secara simultan akan tergambar dari skema seperti ini.
***
Dua hal ini membuat saya membayangkan bahwa pilihan satu-satunya bagi timnas Indonesia adalah bermain seperti gaya bertinju Mike Tyson di masa jayanya, yaitu lebih cepat menghabisi lawan
Meng-KO cara Tyson di lapangan hijau, seperti ini. Lebih dulu menghampiri lawan, memberi tatapan yang mengintimidasi lalu melepaskan banyak pukulan ke arah rahang. Knock out.
Di lapangan hijau, saya kira jika belajar dari laga-laga sebelumnya, maka formasi yang paling tepat bagi timnas adalah memainkan formasi saat menghadapi Malaysia, 4-2-3-1 yang agresif. Di belakang saya kira sudah pakem, dua gelandang tengah juga tidak bisa dipungkiri bahwa piihan terbaik adalah Rachmad Irianto dan Ricky Kambuaya.
Menarik melihat 4 pemain di depan ini. Saya kira Tae-yong dapat memainkan Ramai Rumaikiek yang kembali dari akumulasi kartu, Witan, Irfan Jaya dan Ezra Walian. Akan tetapi jika ingin membuat kejutan dan shock terapi, maka Egy Maulana Vikri dapat dimainkan sejak awal.
Siapa yang digantikan oleh Egy. Ada dua pilihan, Ramai Rumakiek dan Ezra Walian. Mengganti Ezra berarti Indonesia akan bermain dengan false nine seperti cara Pep Guardiola di Manchester City, dalam tulisan saya sebelumnya, saya kira ini mungkin saja menjadi kejutan dari Tae-yong di laga Piala AFF 2020 ini.
Lalu bagaimana jika Indonesia terjebak dalam permainan defensif Singapura yang hendak bermain imbang demi adu penalti. Di situasi seperti ini, jangan panik. Kita butuh pemain yang dapat menjadi pembeda.
Di bench, saya kira Evan Dimas dapat dimainkan, dan tentu saja Hanis Saghara yang menjanjikans saat bermain sebagai pemain pengganti di laga sebelumnya.
Paling akhir, saya kira akan ada kejutan dari Shin Tae-yong dalam taktik di permainan di leg kedua ini, apa itu, kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H