Ketika ditanya salah satu kompasianer tentang prediksi laga antara Timnas Indonesia melawan Singapura besok, pikiran saya malah mengarah ke hal-hal non teknis di lapangan hijau.
Saya lalu menjawab singkat bahwa pemain kedua belas, yakni suporter, jadi kekuatan yang menguntungkan bagi Singapura. Selebihnya, prediksi saya secara teknis laga ini berat ke Timnas Indonesia sebagai pemenang.
Akan tetapi, ternyata dinamika di luar lapangan ini ternyata bergulir kemana-mana. Ada dua hal menarik yang saya lihat dari pemberitaan media.
Pertama, soal atribut bendera merah putih yang kabarnya dilarang oleh Asosiasi Sepakbola Singapura untuk terlihat di stadion, alias tidak boleh dibawa oleh suporter.
Alasannya sama persis dengan kejadian saat Indonesia juara Piala Thomas lalu, karena Indonesia menjadi salah satu negara di ASEAN yang terkena sanksi doping dari Badan Antidoping Dunia atau WADA.
Lah, tapi aneh tapi nyata. Di pagelaran Thomas itu, atribut bendera merah putih terlihat bebas dibawa oleh para suporter, HANYA saat seremoni saja dilarang. Nah, kalau ini juga dilarang di barisan suporter, lalu bagaimana? Ada apa sebenarnya?
Jika memang tidak bisa dijelaskan dasar hukumnya, maka pantas saja netizen khususnya dari Indonesia memberontak dan mencurigai ada udang di balik stadion.
Apalagi kabarnya, pihak Asosiasi Sepakbola Singapura juga tidak tegas di laga lain yang melibatkan negara yang mendapat sanksi WADA, tetapi masih membawa atribut bendera negaranya.
Ah, nampaknya Singapura mulai memainkan psywar ini. Tenang-tenang, menurut saya tidak akan ampuh.Â
Kejadian kedua yang menarik perhatian saya adalah berita tentang pelatih Timnas Singapura, Â Tatsuma Yoshida yang menangis di konfrensi pers sesudah mengomentari tentang perlakuan para suporter pada timnya.