Jujur dan harus diakui bahwa  saya ini adalah penikmat bola dan pecinta Timnas Indonesia yang logis, alias tidak membabi buta. Maksud saya seperti ini. Saya akan mencintai dengan sepenuh hati (jika menang), tetapi juga siap untuk menerima jika cinta itu tak berbalas (jika kalah).
Makanya setiap kali menonton laga timnas maka saya akan menyiapkan dua resep. Resep kemenangan dan resep kekalahan.
Resep kemenangan akan diisi dengan puja-puji taktik seperti tulisan berjudul"Jenius, Ini 3 Cara Timnas Indonesia Melumat Malaysia dengan Skor 4-1" Â ini, dan resep kekalahan adalah dengan mengisi kegalauan saya dengan hal-hal yang menghibur. Entah salah taktik, salah oper, salah pemain atau tingkah lucu dari pemain bahkan wasit.
Bahkan ketika Pasukan Merah Putih tertinggal lebih dahulu hingga mneit ke-30an babak pertama, saya sudah menyiapkan resep kekalahan berisi amunisi kambing hitam, yakni siapa lagi jika bukan Ammar Ebrahim, wasit asal Bahrain yang memimpin laga Indonesia Malaysia ini.
Saya hampir melupakan Ammar Ebrahim karena Indonesia pada akhirnya berbalik menang, tetapi akan sayang sekali jika tidak menuliskan tentang Ammar Ebrahmin yang unik ini. Saya kira penonton langsung di National Stadium, Singapura dan dari rumah, "terhibur" dengan tingkah Ebrahim.
Saya tidak menonton semua laga Piala AFF 2020, tetapi ijinkan saya jika menyebut Ebrahim sebagai wasit paling janggal---bukan paling buruk ya, janggal saja.
Saya kira ada 2 kejadian berkenaan dengan Timnas Indonesia yang dapat menggambarkan Ebrahim yang unik ini.
Pertama, dua pelanggaran keras terhadap Rumakiek dan Pratama Arhan yang tidak berbuah tendangan penalti dan tendangan bebas. Komentator asing di stasiun televisi berbayar dimana saya menyaksikan pertandingan ini bahkan ikut tidak percaya.
Dalam tayangan ulang, dua pelanggaran keras ini terjadi di depan mata alias berdekatan dengan Ebrahim.
"Itu terjadi di depan matanya" kata komentator berbahasa Inggris tersebut.