Sebelum menuliskan ini, hati saya cukup tenang. Hasilnya adalah tulisan teduh berjudul "Terima Kasih Ahsan/Hendra, Sudah Cukup!".
Dalam tulisan itu saya berusaha agar dapat menerima kekalahan Muhamad Ahsan/Hendra Setiawan dari pasangna Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-Lin straight set, , 11-21, 10-21 di babak semifinal ganda putra Olimpiade Tokyo 2020.
Akan tetapi suasana hati saya tiba-tiba berubah sesudah menyaksikan laga kedua semifinal antara pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik  melawan ganda China, Li Junhui/Liu Yuchen. Laga itu berakhir dengan kemenangan mudah Li/Liu, 24-22, 21-13.
Saya lalu meratapi kekalahan Ahsan/Hendra  lalu menarik napas panjang.  Saya lalu bergumam dalam hati, jika punya kuasa, maka saya ingin sekali memutar waktu kembali ke dua momen yang ingin saya ubah.
Pertama, saya ingin sekali rasanya kembali ke fase grup dimana Ahsan/Hendra waktu itu mampu dengan mudah mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik 21-16, 21-19.
Saya ingin agar hasil itu terjadi sebaliknya, dan biarkan agar Ahsan/Hendra yang akhirnya berhadapan dengan Li/Liu bukan Aaron/Soh yang nampak antiklimaks.
Kedua, Aaron/Soh yang antiklimaks itu membuat saya ingin meremas-remas kenyataan ketika Kevin Sanjaya/Marcus Gideon gagal mengalahkan Lee Yang/Wang Chi-Lin di laga terakhir fase grup.
Padahal jika  Lee/Wang kalah dari The Minions, maka mereka akan tersingkir karena sudah pernah kalah dari pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.
Jika Lee/Wang kalah maka saya tak perlu tersiksa batin melihat The Daddies Ahsan/Hendra tercabik-cabik dalam laga semifinal kali ini, dan mungkin saja lawan mereka adalah Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty di semifinal.
Asal tahu saja, Rankireddy itu sangat mengidolakan Hendra Setiawan, dan mungin tak akan sampai hati mengalahkan idolanya. Â
Sebenarnya dari prediksi, lawan ideal Ahsan/Hendra adalah Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Jika Endo/Watanabe yang menjadi lawan maka pertarungan akan lebih ketat daripada laga melawan Lee/Wang yang seperti pembantaian bagi Ahsan/Hendra.
Hanya sialnya, Endo/Watanabe juga dipermak oleh Lee/Wang. Mungkin stamina Yuta yang terkenal cerdik itu terkuras habis karena bermain juga di ganda campuran.
Alhasil, Yuta akhirnya tersenyum bahagia menerima medali perunggu dari ganda campuran bersama Arisa Higashino yang cantik itu.
Melihat Aaron Chia/Soh yang dilatih Flandy Limpele dikalahkan dengan mudah oleh Li Junhui/Liu Yuchen, saya dalam hati berujar, jika menara kembar ini berhadapan dengan Kevin/Marcus maka lain ceritanya.
Melawan Chia/Soh, Lu/Liu masih bisa memainkan bola seenak mereka, lalu menggunakan postur mereka yang tinggi, dengan mudahnya melepaskan smesh yang sukar dikembalikan oleh Chia/Soh yang nampak kerdil dalam laga itu.
Lain ceritanya jika lawannya adalah Kevin/Marcus. Menara kembar itu biasanya dibuat frustrasi, baik karena tak mampu meladeni permainan cepat Kevin/Marcus atau juga termakan provokasi aksi tengil Kevin Sanjaya.
Aihh, sayang, andai-mengandai ini hanyalah bumbu penyedap dari sebuah ratapan sedih.Â
Sektor yang amat dibanggakan dari tingkat kecamatan sampai perdusunan seantero Indonesia itu akhirnya ancur tak bersisa.
Memang besok, masih ada kesempatan untuk meraih medali perunggu bagi Ahsan/Hendra, tetapi nampaknya seperti makan nasi tanpa garam. Ya yang penting kenyang saja, messki tak berasa.
Lalu apa yang perlu saya lakukan sekarang? Membenturkan kepala ke dinding rumah? Ah, tak perlu.Â
Anggap saja ini game, permainan tidak lebih tidak kurang, Â biar jangan tersiksa batin yang berlebihan lagi.
Besok kan masih ada Gresyia Polii dan Apriyani Rahayu serta Anthony Sinisuka Ginting.Â
Berharap saja agar kekalahan Ahsan/Hendra tidak membebani ganda putri yang akan berlaga di semifinal serta Anthony Ginting di perempatfinal nanti.
Dahulu saat berlomba mewakili kampus, kekalahan lebih dahulu dari yang difavoritkan dapat memotivasi agar tampil lebih baik, dan juga tampil tanpa beban.Â
Jika menang yang akan dipuja, jika kalah, yang anggap saja biasa, nama juga jika ada yang menang ya akan ada yang kalah.
Begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H