Continnasa sedang menunggu Cristiano Ronaldo. Belum ada yang dapat memastikan apakah Ronaldo akan kembali ke tempat pemusatan pelatihan klub raksasa Italia, Juventus itu. Terlalu banyak hal di belakang layar yang tidak diketahui publik, meski sebagai pemain, seharusnya Ronaldo akan kembali.
Alasan formalnya adalah Ronaldo masih terikat kontrak dengan Juventus hingga 2022, tetapi dinamika yang biasa terjadi ketika belum terjadi perpanjangan kontrak yang hanya menyisakan setahun itu membuat berbagai spekulasi menyeruak dengan sendirinya.
Apa yang bisa dilihat dari situasi yang melibatkan Juventus dan Ronaldo ini? Saya akan menyebut dua variabel, Massimiliano Allegri dan kluk kaya Prancis, Paris Saint Germain (PSG).Â
Mari kita bahas dan mulai dari yang pertama, yakni faktor Max Allegri yang kembali didaulat Agnelli untuk menjadi allenatore La Vechia Signora.
Catatan yang tersaji dari berbagai media menyiratkan bahwa Allegri tidak menyukai Ronaldo, meski sebelum diganti Maurizio Sarri tiga tahun yang lalu, Allegri sempat menukangi Ronaldo.
Alasannya adalah gaya bermain Allegri yang dianggap terlalu pragmatis, defensive sehingga membuat Ronaldo tak nyaman.
Saya sedikit memahami gaya bermain Allegri seperti ini. Allegri sebenarnya tidak sekadar pragmatis, tetapi lebih ingin agar Juventus menjadi klub yang balance, baik dalam menyerang maupun bertahan, dua hal yang memang tak mudah dilakukan.
Mengapa? Untuk lini depan misalnya, Allegri akan memaksa para pemain depannya untuk turun jauh ke belakang dan membantu pertahanan ketika balik diserang lawan.
Makanya, jika kita ingat, pemain seofensif Mario Mandzukic sekalipun di zaman Allegri akan berkorban untuk bermain dari sayap, bahkan akan sering terlihat berjibaku bersama Alex Sandro di garis pertahanan Juventus.
Akibatnya akan seperti ini. Transisi Juventus untuk menyerang kembali lawan menjadi terlalu lambat.Â