Lalu apakah Italia tanpa kelemahan? Disinilah poinnya. Memainkan sepakbola seperti ini memang terlihat atrakttif, indah untuk dinikmati tapi jika berkaca pada kegagalan Guardiola membawa Manchester City menggondol Liga Champions dan rapuhnya Liverpool di tangan Klopp sekarang maka Italia tentu saja tetap memiliki kelemahan.
Gaya bermain seperti ini baru akan menemukan kesulitan ketika ada dua hal terjadi. Pertama, tim lawan mampu bertahan dengan baik, memainkan bola di tengah dengan baik serta memiliki serangan balik cepat. Di final Liga Champions, Chelsea yang apik dalam bertahan, menghentikan sayap cepat Manchester City membuat Pep frustrasi, karena selalu membahayakan ketika melakukan serangan balik cepat dengan para pemain depannya.
Kedua, dua bek sayap yang sering meninggalkan posisi membuat ruang kosong tersisa dan menjadi mudah dieksploitasi lawan.Â
Catatan bahwa Swiss, Wales dan Turki bukanlah lawan sepadan untuk menjadi tim yang mampu menghasilkan kesulitan berarti membuat saya berpikir bahwa Gli Azzuri belum menemui kesulitan sesungguhnya.Â
Saya sebenarnya sempat menghitung Wales sebagai tim yang mampu melahirkan kesulitan berarti bagi Italia. Alasan saya adalah Wales memiliki Gareth Bale yang memiliki kecepatan, baik ketika melakukan serangan balik dan beradu sprint dengan bek Italia---hanya sayangnya saya lupa bahwa era keemasan Bale sudah lewat.
Jika memang demikian, siapa lawan yang paling cocok bagi Italia dan nantinya dapat menguji Italia dengan taktik barunya ini. Jika bagan dari kandidat juara grup  berlangsung mulus, maka nampaknya lawan sepadan Italia baru muncul di babak perempat final ketika Timnas Belgia juga terus lolos ke babak tersebut.
Ujian bahwa Belgia memiliki lini tengah yang kuat, lini belakang yang tangguh dan pemain depan yang cepat menjadikan Italia  akan menghadapi ujian sesungguhnya di babak tersebut.
Disinilah saya akan menunggu, apakah Italia akan tetap bermain ofensif dan atraktif seperti ini, atau Mancini sebenarnya sedang menyimpan strategi lain ketika menghadapi lawan yang lebih kuat nantinya.
Perkiraan saya, bisa saja, 4-3-3 yang atraktif dinamis seperti ini dapat berubah menjadi 3-5-2. Ini bisa saja terjadi karena Mancini tentu tidak mau bahwa penampilan atraktif yang dipuji banyak orang ternya tidak mampu menghasilkan  gelar juara.
Akan tetapi sebaliknya bisa terjadi bahwa Gli Azzuri mampu menjadi juara dengan gaya bermain barunya ini? Menarik untuk ditunggu para penikmat bola di Euro 2020 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H