Nampaknya insiden botol Coca-Cola yang disingkirkan bintang Timnas Portugal, Christiano Ronaldo yang membuat saham perusahaan minuman tersebut anjlok juga dibawa-bawa dalam kekalahan Portugal atas Jerman dengan skor 2-4 dalam lanjutan laga Grup F, Piala Eropa 2021.
Beberapa pihak yang saya katakan jahil mengatakan bahwa ini adalah buah karma daripada gestur Ronaldo yang tak biasa tersebut. Maklum saja, ini tentu tidak bicara soal hak personal Ronaldo semata tapi bicara tentang hak sponshorship hingga mungkin ada jutaan pekerja coca-cola yang terancam karena gestur seorang megabintang sepakbola bernama Christiano Ronaldo.
Hanya memang itu hanyalah sebuah cocoklogi semata, karena nalar logis tidak bisa menerima bahwa seorang Ruben Diaz yang cemerlang bersama Manchester City atau Rafa Guerrero, bek andalan klub Jerman, Borrusia Dortmund bisa menceploskan bola ke gawang sendiri karena tak "mengonsumsi" Coca-Cola. Tentu saja tidak.
Satu hal yang bisa dikatakan dari kekalahan Portugal tersebut adalah Christiano Ronaldo Cs bisa saja pulang lebih cepat dari Euro 2020. Tentu saja  bukan karena Coca-Cola.
Kekalahan tersebut membuat Portugal memang masih nyaman di ranah peringkat 2-3, karena memiliki poin yang sama dengan Jerman, akan tetapi bisa saja tersingkir karena hasil tak biasa yang diterima Prancis. Prancis mesti berbagi skor 1-1 dengan Hongaria di laga lain yang berarti satu poin Hongaria dan empat poin Prancis membuat simpul terasa tak nyaman bagi Portugal.
Skenario hasil dan akumulasi akhir poin di Grup F Â yang dapat menyingkirkan Portugal seperti ini. Portugal kalah dari Prancis, lalu Hongaria menang dari Jerman, dan akhirnya nilai sama Jerman dan Portugal membuat head to head yang bisa menjadi penentu memaksa Portugal pulang karena tidak menempati peringkat tiga sekalipun.
Seperti diketahui akan ada empat tim peringkat tiga terbaik yang akan melaju ke babak 16 besar, sehingga mati-matian tim adalah bukan saja sekedar menang, tapi jangan menjadi juru kunci sehingga memiliki kesempatan diperhitungkan sebagai bagian dari tim peringkat tiga yang dapat lolos.
***
Hitung-hitungan ini memang nampak aneh bagi Timnas Portugal, apalagi sebagai juara bertahan, skenario harus bergumul sedemikian ketat tentu bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh tim berjuluk Le Selecao ini.
Hanya saya terpaksa mafhum Portugal terpaksa berada di situasi tersebut bukan karena ketidakberuntungan tapi pendekatan taktik dari seorang Fernando Santos, allenatore Portugal. Ketidakjelian dari seorang Fernando Santos dalam membaca gaya bermain Jerman mendapat ganjaran setimpal.