Selain itu yang tak kalah penting adalah seperti yang saya bilang di prolog tulisan ini, seorang pengacara perlu memiliki kemampuan untuk membuat kasus ini menjadi bombastis, demi perhatian publik tentunya. Â Â
Perhatian publik seperti apa yang dimaksud? Perhatian bahwa kasus ini adalah kudeta, pencideraan demokrasi dan sebagainya dan diduga melibatkan pihak luar dari lingkar Istana. Jurus yang sejak semula digunakan oleh Demokrat AHY ketika melakukan konferensi pers soal kudeta untuk pertama kalinya.
Mengapa ini penting? Ini semacam trik, agar ketika ada pertarungan opini di tengah masyarakat, posisi Demokrat AHY terkesan sudah jelas, terzolimi dengna masuknya Moeldoko di pusaran kekisruhan ini. Terzolimi dan berhak mendapat simpati, ketika simpati itu didapatkan maka dirasa akan cukup kuat melawan jikalah intervensi pemerintah itu memang ada.
Ini keunggulan BW sejak lama. Mantan petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini memang piawai memainkan frasa-frasa seperti ini. Saat menjadi ketua tim kuasa hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terkait permohonan sengketa Pilpres 2019 ke Mahkamah Konstitusi (MK), hal itu sudah terlihat.
Kemampuan dan pengalaman ini membuat Demokrat AHY bisa merasa cukup kuat menghadapi babak demi babak selanjutnya, yang saya prediksikan akan berlangsung lebih lama dan akan alot.
Referensi :
BW Bicara Brutalitas Era Jokowi Terkait KLB Demokrat, KSP: Mengada-ada!, Detik.com, Sabtu, 13 Maret 2021
Bambang Widjojanto: Kalau Moeldoko dkk Diakomodasi, Ini Brutalitas Era Jokowi!, Detik.com, Jumat, 12 Maret 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI