Akan tetapi pertanyaan ini bisa dimaknai bahwa selama SBY masih ada, Demokrat masih tangguh, tak ada yang bisa membeli, menggusur atau merontokkan Demokrat. Ini pernyataan yang menunjukkan otoritas, maka pantas, Moeldoko pernah bilang, masak Demokrat bisa dikudeta, masih ada SBY yang dihormati di sana.
Di lain sisi, pernyataan Not For Sale dari SBY ini, juga dapat diartikan sebagai sebuah kekalutan, kegundahan yang bisa sudah amat sangat.
Kembali ke illustrasi ruko. Meskipun sang pemilik tidak mau menjual ruko yang demikian megahnya terlihat dari depan ini, tapi pemilik ruko dan penghuni di dalamnya paham bahwa ruko ini tidak sesempurna yang dibayangkan, tak lagi kokoh.
Pintu di dalam rumah terlihat sudah tak kuat lagi, kusen-kusen di belakang bahkan sudah dimakan rayap. Lantainya juga tidak mulus lagi, karena keramik dalam jumlah yang cukup banyak sudah terlepas bahkan retak. Plafon? Bocornya air dari atap, membuat gypsum di salah satu ruangan sudah mulai menggantung, hampir roboh.
Sisi buruk dari bangunan ini ternyata sudah terdengar oleh para pembeli yang meminati ruko ini, inilah yang membuat banyak yang menawar dan menginginkannya. Pemilik ruko kuatir bahwa ini membuat harga ruko terjun jauh, murah.
Padahal sebenarnya, banyak mimpi yang diinginkan pemiliknya melalui ruko ini, tapi harus diakui, ketika masih bagus-bagusnya, banyak yang menilai setelah itu ruko ini sudah tak dirawat dengan baik, bahkan jika dirawatpun maka dapat disebut salah rawat.
Kisruh Demokrat rasanya tak main-main. Deklarator Demokrat, Max Sopacua konon bahkan mesti keluar dari Partai Emas untuk mengurus Kongres Luar Biasa (KLB), gerak-gerakan seperti ini belum terlihat masih di depan panggung, tapi di belakang panggung, siapa tahu.
Di tengah kegundahan itulah, SBY membicarakan tentang not for sale. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Unjuk kuat atau sedang kalut? Jika melihatnya, maka bisa saja ini bentuk kegundahan, seperti AHY yang sadar bahwa ancaman kudeta itu nyata, dan karena itu daripada kesulitan menghadapinya, maka perlu dibatasi gerakan semacam itu, dengan cara ribut di publik.
Apalagi SBY sampai turung gunung, mengatakan Partai Demokrat tidak bisa dibeli, pertanda bahwa kemungkinan untuk "terjual" itu sangat mungkin terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H