Banjir melanda sejumlah wilayah provinsi DKI Jakarta setelah adanya hujan deras yang turun sejak Jumat (19/2/2021) malam hingga Sabtu (20/2/2021) pagi. Seperti biasa, banjir ini luar biasa, dari sisi rendamannya dan tentu saja dari sisi pemberitaannya.
Diberitakan dari Kompas.com misalnya, disebutkan ada 26 titik banjir dari yang biasa hingga terbilang parah di kawasan Jakarta. Bahkan dari pemberitaan lain, yakni soal banjir di kawasan Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, disebutkan bahwa banjir tahun ini paling parah di kawasan itu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dalam situasi tersebut, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono berkomentar pedas. Â Gembong menilai banjir Jakarta terjadi karena Pemprov di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan tidak melakukan apa pun selama 3 tahun kepemimpinannya.
"Pengentasan persoalan banjir, tapi kalau mau jujur, sudah hampir 3 tahun ini Pemprov DKI tidak melakukan apa-apa, kecuali menjalankan program-program rutin, misalnya pengerukan waduk dan kali," kata Gembong seperti dikutip dari Detik.com.
Ada dua hal yang disinggung setelahnya oleh PDIP, dan ini memang berkaitan dengan willingness dari Pemprov DKI dan  Anies. Pertama, soal diskursus naturalisasi yang digaungkan selama ini namun dirasa tanpa aksi yang cukup di lapangan.
Kedua, konsep drainase vertikal yang dianggap juga berjalan di tempat, padahal merupakan janji kampanye untuk pengentasan banjir. Dinilai ini tidak bisa dilakukan karena selama Anies tidak mau menggusur untuk memperluas daerah aliran sungai (DAS), maka persoalan ini akan tetap ada.
Jika kita lihat, dalam konteks fungsi politik, maka wajar saja PDIP ngegas. Ini sekaligus menjalankan fungsi legislasi terhadap eksekutif, hanya memang nampak kental aroma politik karena PDIP bukanlah partai pengusung Anies di DKI, apalagi fraksi pendukung seperti Gerindra dan PKS juga terlihat tak bicara, atau membela Anies.Â
Lalu bagaimana sikap Anies terhadap banjir di Jakarta? Dikutip dari beberapa media, Anies nampak tenang berusaha menjelaskan kondisi banjir yang terjadi, meski terkesan normatif.
Misalnya komentar Anies yang menyebut bahwa DKI Jakarta terjadi banjir karena adanya air kiriman dari hulu, yaitu Bogor dan Depok.Â
"Air kiriman dari hulu (Bogor) dan kawasan tengah (Depok) sekarang dalam perjalanan nih ke Jakarta. Dalam perjalanannya itu tentu berdampak pada kawasan-kawasan yang ada di sekitarnya," ujar Anies dikutip dari JPNN.com.