Persoalannya bagi Demokrat adalah apakah kuda-kuda dan cengkramannya sudah kuat, ketika percaya diri memakai teknik ini? Masih diragukan.
Lihat saja, gemuruh muncul, bukan dari lawan---elemen eksternal yang dituding Demokrat, tetapi dari persoalan internal. Ada "cengkraman lengan dan kuda-kuda" yang terlihat lemah dalam konteks ini. Goyang dan goyah.
Sesudah pernyataan AHY itu, riak-riak di internal Demokrat semakin menjadi-jadi, sehingga membuat labil, arah dan tujuan dari tudingan yang dimaksud.
Tatkala berharap respon eksternal melalui surat terhadap Jokowi, tuduhan fitnah dan sebagainya malah datang dari internal sendiri, ketika beberapa kader senior seperti Marzuki Alie merasa digunjingkan oleh Andi Arief, Rachland Nasidik, dan Syarif Hasan yang menuduh mereka sebagai aktor kudeta.
Jika ingin berhasil, stamina politik Demokrat mesti kuat. Permintaan untuk klarifikasi bergelombang juga datang dari dalam, selain itu sebagian publik juga nampak pragmatis, karena apa yang disampaikan AHY, nampak masih terlihat sebagai tudingan yang bersifat gunjingan, karena masih belum ada klarifikasi.
Secara internal, beberapa forum, seperti forum pendiri dan senior bahkan tak malu-malu tampil di depan publik, dan menyatakan sikap yang menunjukkan rasa ketidakpercayaan kepada kepemimpinan AHY.
Daya tahan ini diperlukan, karena masih dibutuhkan waktu untuk mendapat klarifikasi dari Istana seperti yang diinginkan melalui surat Demokrat. Bisa saja tak ada klarifikasi resmi, karena Moeldoko sudah bersuara, dan mungkin saja lama kelamaan akan meredup, dan Demokrat malah sibuk mengurus urusan rumah tangga sendiri.
Jika perlahan menjadi lemah, dan tak dapat mengontrol lawan, Demokrat tentu akan menghadapi kesulitan besar, dan akhirnya bisa benar penyataan dari beberapa pengamat politik lain, bahwa kudeta hanya mungkin terjadi ketika secara internal partai sudah terlihat rapuh, dan gagal dan keliru menggunakan teknik dan taktik politiknya. Â
Semoga saja, Demokrat tidak mengalaminya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H