Persoalannya, tempat main mereka kecil, bisa berdua saja, sehingga mesti memaksa salah satunya untuk menunggu di luar. Jadi memang harus berpasang-pasangan.
Di posisi ini, memang yang akan bermain yakni saling butuh, bukan saling suka, abaikan persahabatan. Di politik, tak ada kawan abadi, yang ada kepentingan abadi.
Gerindra pernah berangkulan mesra dengan PDI-P, ingat tentunya jaman Jokowi-Ahok, saat itu PKS harus menonton dari luar. Di pilkada berikut, tatapan tajam nan mesra membuat PKS yang digandeng Gerindra---Anies-Sandi, yang berarti membuat PDI-P menjadi kecut hatinya.
Pertanyaannya bagaimana sekarang--menuju pilgu 2022? Ketiganya harus paham, bahwa apapun bisa terjadi. Jalinan mesra harus terus terus diupayakan, jika perlu berpenampilan aduhai biar tetap disayang, kalau tidak, saling marah terjadi.
Anggap saja Gerindra dan PKS sedang marahan, PDI-P tentu saja menunggu momen ini, sahutan seksi "tamparan keras", seperti membuat PKS tersudut, dan Gerindra terlihat kuasanya. Jika Gerindra "lelaki", sudah pasti akan terlena dengan "pujian" ini.
Sudah pasti, ketiganya sedang saling baca. PDI-P masih menunggu apakah benar loyalitas Prabowo di Kabinet akan selaras dengan dukungan Gerindra di Pilgub nanti, atau tidak. Oleh karena itu, saling tebar pesona dirasa amat penting sekarang.
Jika harus menebak, maka sepertinya PDI-P sedang di atas angin. Tempat bermain kemungkinan akan menjadi miliknya bersama Gerindra, jika persoalan rumah tangga Gerindra dan PKS bertambah rumit.
Akan tetapi PDI-P perlu juga berhati-hati, adu rayu nampaknya akan terus terjadi. Sahutan "seksi" saat ini, bukan berarti rayuan sudah diterima. Soalnya, banyak yang lihat melakukan rayuan gombal di politik. Apapun bisa terjadi.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H