Babak kedua berjalan lebih lambat hingga di menit ke-74, lalu hal yang tak biasa terjadi. Bek tengah Sevilla, Diogo Carlos melakukan tendangan Salto di kotak penalti Inter, bola hampir mengarah keluar lapangan, tapi ada Romelu Lukaku yang lalu membelokkan bola ke arah gawang Handanovic. Skor berubah menjadi 3-2 bagi Sevilla.
Diogo Carlos dan Romelu Lukaku adalah dua sosok yang membuat final Liga Eropa 2019/2020 yang dihelat di Cologne, Jerman itu tensinya meningkat di awal pertandingan. Di menit ke-5, Carlos-lah yang membuat Sevilla mendapat hukuman tendangan penalti sesudah melanggar Romelu Lukaku.
Lukaku yang menjadi eksekutor melakukan tugasnya dengan dingin. Tendangan presisinya membuat penjaga gawang Sevilla, Yassine Bounou tak bisa berbuat banyak, Sevilla ketinggalan 0-1. Sesudah itu, pertandingan berlangsung dengan tempo tinggi dengan saling jual beli serangan dan saling kejar mengejar gol.
Striker Sevilla asal Belanda, Luuk De Jong berhasil membuat skor menjadi imbang di menit ke-11 dan bahkan membawa Los Nervionenses unggul 2-1 di menit ke-33 sebelum disamakan oleh Diego Godin di menit ke-36. Empat gol tercipta di babak pertama yang membuat laga final ini berlangsung seru.
Akan tetapi di babak kedua, kedua tim bermain lebih lambat dan hati-hati. Setelah peluang emas dari Lukaku saat berhadapan one to one dengan Bounou urung menjadi gol, gol dari Diogo Carlos merubah hasil pertandingan seketika. Inter tak bisa mengejar dan akhirnya Sevilla menjadi juara Liga Eropa 2019/20.
Prediksi para pandit ternyata keliru. Inter Milan yang nampak perkasa sepanjang kompetisi harus takluk. Antonio Conte yang mampu membuat Inter tampil trengginas bahkan menggilas Shatkhar Donetsk lima gol tanpa balas di semifinal, kehabisan akal di final kali ini. Sebenarnya ada apa dengan Inter Milan di laga final kali ini?
Saya kira ada 3 (tiga) hal yang dapat dikemukakan untuk menilai bagaimana Inter ditaklukkan Sevilla di laga pamungkas Liga Eropa 2019/2020 ini.
Pertama, respon taktikal yang amat minim dari Inter Milan di babak kedua.
Secara taktikal, Antonio Conte dan Julen Lopetegui tidak melakukan perubahan signifikan di laga ini. Inter tampil dengan formasi andalannya 3-5-2 dan dis-counter Lopetegui dengan 4-3-3.
Kedua tim saling menjaga alur serangan dari sayap dengan formasi ini, sambil berharap para striker mereka mampu melakukan manuver pergerakan dari tengah.