“Tampil dalam sosok bersahaja, tetapi selalu mampu memancarkan martabat yang tinggi”- Jacob Oetama, tentang Jenderal Hoegeng
Gara-gara Isu 'penangkapan' seorang pria di Maluku Utara yang mengunggah humor Presiden Keempat RI, Abdurrahman Wahid atau akrab dipanggil Gus Dur, saya jadi terkenang dengan sosok Hoegeng, yang disebut dalam humor tersebut.
Lelucon Gus Dur itu selengkapnya bertulis demikian 'Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: Patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng'.
Gus Dur beberapa kali menyebut pria bernama lengkap Hoegeng Imam Santoso sebagai kerabat dan juga sahabat.
Catatan sejarah menunjukan bahwa saat Gus Dur menjadi Presiden, pada Juli 2001, Gus Dur menyempatkan diri untuk mengunjungi Hoegeng di kediamannya, di Depok, Jawa Barat dan berdiskusi tentang apa yang mesti dibenahi di tubuh kepolisian.
Sebagai seorang negarawan dan juga guru bangsa, Gus Dur tidak sembarang memilih teman bertukar pikiran. Mesti seseorang yang berkarakter dan berintegritas dan Hoegeng memang sepanjang hidupnya dikenal menghidupi arti integritas, kejujuran dan hidup yang bersahaja.
Sayang, selang tiga tahun kemudian (Juli 2004) sesudah pertemuannya dengan Gus Dur itu, di usia 83 tahun, Hoegeng menghembuskan nafas terakhirnya, Hoegeng dikabarkan meninggal karena terserang stroke.
***
Cerita soal integritas dan kejujuran dari pria kelahiran Pekalongan, 14 Oktober 1921 dari pasangan Soekario Hatmojo, seorang Jaksa dan Umi Kalsum, memang selalu inspiratif.
Bahkan cerita kejujuran Hoegeng ini seperti melewatkan fakta sejarah bahwa dia tidak bertahan lama sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada periode 1968--1971.