Saya sangat gembira tayangan sepak bola sudah kembali dapat dinikmati dari layar televisi. Hampir genap juga liga-liga mayor Eropa dimulai kecuali Liga Prancis yang memutuskan sudah diberhentikan liganya atau Liga Inggris yang masih baru akan dimulai Kamis waktu Indonesia.
Sejak akhir pekan, saya sudah menyaksikan beberapa pertandingan baik live maupun ulangan dari liga Italia, Spanyol, Jerman dan Turki.
Secara khusus, saya ingin sedikit mengomentari tentang tayangan liga-liga tersebut di era “new normal”. Yang saya maksudkan secara khusus adalah tentang bagaimana penyelenggara liga-liga tersebut membuat atau memanipulasi tayangan agar tetap menarik dinikmati dari layar kaca.
Seperti yang telah diketahui, beberapa hal masih perlu untuk disesuaikan seperti penonton di stadion yang tidak ada, bagaimana sound diatur sedemikian rupa agar tidak menjadi seperti noise dan lain sebagainya.
Setelah saya memperhatikan beberapa pertandingan yang mewakili liga-liga tersebut, maka saya menilai La Liga atau Liga Spanyol yang paling siap dan unggul dengan persiapan yang lebih baik.
Paling tidak ada 2 (dua) hal yang menjadi perhatian saya, yaitu soal “manipulasi” penonton dan suara yang terdengar oleh pemirsa dari layar televisi.
Untuk kedua hal ini, nilai Liga Spanyol atau La Liga saya berikan nilai 8 dari skala 1- 10. Mengapa saya katakan demikian? Pertama, soal “manipulasi” penonton yang membuat penonton seperti tetap ada.
Di La Liga, kursi penonton tidak dibiarkan kosong melompong tetapi di bagian tertentu diletakan kain atau menyerupai baliho raksasa yang menyerupai gambar penonton yang memenuhi stadion. “Manipulasi” ini sempat membuat saya bertanya-tanya, apakah ini kosong atau ada penontonnya ya apalagi gambar tersebut berbentuk tiga dimensi yang membuat terlihat menyerupai aslinya.
Akhirnya saya baru tersadar, ketika para penonton buatan tersebut tidak bergerak sedikitpun, dan saat kamera televisi meng-capture gambar dari jarak yang lebih dekat.
BACA JUGA : Seusai Laga Coppa Italia, Juventus Vs AC Milan
Di Bundesliga, Seri A apalagi Liga Super Turki hal itu tidak terlihat, kursi-kursi dibiarkan kosong melompong. Padahal bisa saja, manipulasi seperti ini dapat mempengaruhi pemain untuk bermain layaknya seperti sedang disaksikan penonton.