"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak. Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor," kata Erick.
Siapa yang disinggung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ketika mengatakan kalimat di atas, tentu saja mafia alat kesehatan (mafia alkes).Â
Ada permainan dari para mafia ini yang menurut Erick membuat  Indonesia terlena dengan impor bahan baku obat-obatan dan alat kesehatan ketimbang memproduksi sendiri di dalam negeri.
"Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat. Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri," ujar Erick usai meninjau RS Pertamina Jaya, Kamis (16/4/2020) dilansir dari Kompas.com.
Siapa yang mengira seorang Erick Thohir akhirnya jadi "pemberani" seperti ini. Padahal, sedari awal penunjukannya oleh Jokowi untuk menjadi Menteri BUMN, tak banyak yang memperkirakan Erick akan berani main sikat seperti ini.
Saya termasuk yang tak memperkirakan bahwa Erick akan bisa bergerak liar seperti ini. Jika dilihat dari sudut pandang lapangan hijau, saya malah menganggap mantan bos Inter Milan ini palingan "hanya" mampu berperan seperti seorang Zinedine Zidane, gelandang wahid asal Prancis.
Ketika masih aktif sebagai pesepak bola profesional, antara 1989 dan 2006, Zidane yang sekarang menjadi pelatih Real Madrid ini memiliki gaya permainan yang khas. Pemenang Ballon d'Or 1998 itu dikenal sebagai  pemain yang bergaya elegan.
Elegan? Ya, Zidane bisa menggiring bola seperti seorang ballerina, nampak indah terlihat, lembut, meski sebenarnya dia sedang memanipulasi bola atau menciptakan ruang yang sebelumnya bahkan nampak tidak ada.
Selain itu,Zidane juga dianggap pemain yang visioner yang membuatnya sangat spesial, sehingga membuat pelatih Italia di Piala Dunia 1998, Cesare Maldini, berkata: "Saya rela memberikan lima pemain demi memiliki Zidane di skuad saya."