Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Presiden Turki, Recep Erdogan Hanya Menerapkan Dua Hari Lockdown?

11 April 2020   15:45 Diperbarui: 11 April 2020   15:57 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Foto : (Yasin Bulbul / Pool via AP)

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akrhinya  menerapkan lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus Corona di negaranya dengan waktu lockdown yang tidak terlalu lama dua hari. Lockdown ini berlaku mulai Jumat (10/4) tengah malam hingga Minggu (12/4) tengah malam waktu setempat.

Tindakan ini adalah langkah berikutnya yang ditempuh oleh pemerintah Turki, setelah pembatasan secara terbatas sudah dilakukan, namun jumlah kasus dan kematian terus meningkat.

Berdasarkan data dari Worldodometer, (11/4/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Turki telah mencapat 47,029 kasus dengan jumlah kematian mencapai 1,006 jiwa.

Keputusan Erdogan ini diapresiasi positif dari dalam negeri, hanya pertanyaannya adalah mengapa lockdown tidak dilakukan minimal 14 hari, merujuk pada teori bahwa Covid-19 memiliki masa inkubasi selama periode tersebut?

Jika ditilik, sepertinya tidak bisa serta merta melihat pemilihan waktu dua hari ini dari sisi kesehatan atau medis semata, ada pertimbangan lain dari Erdogan  yang juga menjadi dasar keputusan  lockdown ini, yaitu ekonomi.

Baca Juga : Soal PSBB dan Lockdown, Jokowi Lebih Taktis dari Presiden Turki, Erdogan

Hal ini memang sebelumnya sudah sangat detil dipikirkan oleh Erdogan apalagi sebelum lockdown ini, pemerintah Turki memang sudah begitu ketatnya dalam membatasi kegiatan aktifitas manusia namun tetap menjaga agar kegiatan perekonomian tetap berlangsung.

Pemerintah  Turki telah menghentikan seluruh penerbangan internasional, membatasi perjalanan domestik, menutup sekolah-sekolah, bar dan kafe, serta menangguhkan salat berjemaah dan ibadah massal. Namun orang-orang masih bisa bekerja untuk mempertahankan aktivitas ekonomi.

Untuk alasan ini, Erdogan sendiri bicara; 

"Turki berkewajiban untuk terus memproduksi dan menjaga roda (ekonomi) terus berputar dalam keadaan apapun," tegas Erdogan pada suatu waktu.

Seberapa penting alasan ini bagi Turki? Jika kita perhatikan, Erdogan bukannya tidak awas terhadap bahaya Covid-19, hanya Erdogan berusaha menjaga agar jangan terjadi dampak lebih besar dalam arti kesehatan serta ekonomi, ketika dia keliru mengambil keputusan.

Soal ekonomi ini, Erdogan seperti  ingin menjaga agar pemulihan Turki secara ekonomi karena resesi yang dipicu oleh krisis mata uang 2018 tetap berjalan. Erdogan mengatakan perlu untuk mempertahankan output untuk mempertahankan pasokan barang-barang pokok dan mendukung ekspor. 

"Turki adalah negara yang perlu melanjutkan produksi dan menjaga roda berputar di bawah semua kondisi dan keadaan." kata Erdogan dalam rapat kabinet.

Artinya, keputusan lockdown yaitu memerintahkan warga untuk tetap di rumah pada  31 kota, termasuk ibu kota Ankara dan kota Istanbul selama dua hari, diikuti juga dengan pengamatan dan pengawasan yang ketat agar kebutuhan ekonomi dapat tercapai di masa itu.

Diberitakan, setelah pengumuman tentang lockdown disampaikan, orang-orang ramai-ramai keluar rumah untuk membeli makanan dan minuman. Akhirnya pemeritah harus kebali menegaskan kepada warga bahwa lockdown tidak akan berdampak pada kebutuhan pokok sehingga tidak menjadi panik selama lockdown berlangsung selama 48 jam atau dua hari.

Jika dibandingkan metode "pendek" Erdogan ini dengan yang terjadi di India, maka memiliki kemiripan. 

Baca Juga : Mengapa Erdogan Tidak Menerapkan Lockdown di Turki?

Sebelumnya, PM Narendra Modi pernah mencoba sehari lebih dulu lockdown di India. PM Modi lalu menilai hal itu berhasil, maka nampak buru-buru, PM Modi dengan percaya diri menerapkan lockdown dalam waktu lebih panjang, tidak terkendali akhirnya chaos terjadi. PM Modi memang tidak hati-hati dan lengah dalam beberapa hal sebelum memutuskan lockdown.

Kemungkinan bisa saja mirip, Erdogan juga ingin melihat reaksi dan dampaknya dalam dua hari ini, untuk memutuskan kebijakan selanjutnya. Hanya berdasarkan pengalaman India, Erdogan akan sangat berhati-hati.

Meski lockdown, Erdogan tetap memastikan bahwa toko roti, apotek, fasilitas kesehatan, pusat panggilan darurat, pom bensin dan perusahaan ekspedisi masih akan beroperasi secara normal selain itu staf pada kantor surat kabar, radio dan jaringan televisi juga akan menjadi pengecualian selama lockdown berlangsung.

Artinya tidak menutup kemungkinan, jika hitung-hitungannya, termasuk kajian dampak sosio ekonominya memadai, Erdogan bisa menambah waktu lockdown dengan lebih panjang.

Referensi : 1 - 2 - 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun