Soal ekonomi ini, Erdogan seperti  ingin menjaga agar pemulihan Turki secara ekonomi karena resesi yang dipicu oleh krisis mata uang 2018 tetap berjalan. Erdogan mengatakan perlu untuk mempertahankan output untuk mempertahankan pasokan barang-barang pokok dan mendukung ekspor.Â
"Turki adalah negara yang perlu melanjutkan produksi dan menjaga roda berputar di bawah semua kondisi dan keadaan." kata Erdogan dalam rapat kabinet.
Artinya, keputusan lockdown yaitu memerintahkan warga untuk tetap di rumah pada  31 kota, termasuk ibu kota Ankara dan kota Istanbul selama dua hari, diikuti juga dengan pengamatan dan pengawasan yang ketat agar kebutuhan ekonomi dapat tercapai di masa itu.
Diberitakan, setelah pengumuman tentang lockdown disampaikan, orang-orang ramai-ramai keluar rumah untuk membeli makanan dan minuman. Akhirnya pemeritah harus kebali menegaskan kepada warga bahwa lockdown tidak akan berdampak pada kebutuhan pokok sehingga tidak menjadi panik selama lockdown berlangsung selama 48 jam atau dua hari.
Jika dibandingkan metode "pendek" Erdogan ini dengan yang terjadi di India, maka memiliki kemiripan.Â
Baca Juga :Â Mengapa Erdogan Tidak Menerapkan Lockdown di Turki?
Sebelumnya, PM Narendra Modi pernah mencoba sehari lebih dulu lockdown di India. PM Modi lalu menilai hal itu berhasil, maka nampak buru-buru, PM Modi dengan percaya diri menerapkan lockdown dalam waktu lebih panjang, tidak terkendali akhirnya chaos terjadi. PM Modi memang tidak hati-hati dan lengah dalam beberapa hal sebelum memutuskan lockdown.
Kemungkinan bisa saja mirip, Erdogan juga ingin melihat reaksi dan dampaknya dalam dua hari ini, untuk memutuskan kebijakan selanjutnya. Hanya berdasarkan pengalaman India, Erdogan akan sangat berhati-hati.
Meski lockdown, Erdogan tetap memastikan bahwa toko roti, apotek, fasilitas kesehatan, pusat panggilan darurat, pom bensin dan perusahaan ekspedisi masih akan beroperasi secara normal selain itu staf pada kantor surat kabar, radio dan jaringan televisi juga akan menjadi pengecualian selama lockdown berlangsung.
Artinya tidak menutup kemungkinan, jika hitung-hitungannya, termasuk kajian dampak sosio ekonominya memadai, Erdogan bisa menambah waktu lockdown dengan lebih panjang.