Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akrhinya  menerapkan lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus Corona di negaranya dengan waktu lockdown yang tidak terlalu lama dua hari. Lockdown ini berlaku mulai Jumat (10/4) tengah malam hingga Minggu (12/4) tengah malam waktu setempat.
Tindakan ini adalah langkah berikutnya yang ditempuh oleh pemerintah Turki, setelah pembatasan secara terbatas sudah dilakukan, namun jumlah kasus dan kematian terus meningkat.
Berdasarkan data dari Worldodometer, (11/4/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Turki telah mencapat 47,029 kasus dengan jumlah kematian mencapai 1,006 jiwa.
Keputusan Erdogan ini diapresiasi positif dari dalam negeri, hanya pertanyaannya adalah mengapa lockdown tidak dilakukan minimal 14 hari, merujuk pada teori bahwa Covid-19 memiliki masa inkubasi selama periode tersebut?
Jika ditilik, sepertinya tidak bisa serta merta melihat pemilihan waktu dua hari ini dari sisi kesehatan atau medis semata, ada pertimbangan lain dari Erdogan  yang juga menjadi dasar keputusan  lockdown ini, yaitu ekonomi.
Baca Juga :Â Soal PSBB dan Lockdown, Jokowi Lebih Taktis dari Presiden Turki, Erdogan
Hal ini memang sebelumnya sudah sangat detil dipikirkan oleh Erdogan apalagi sebelum lockdown ini, pemerintah Turki memang sudah begitu ketatnya dalam membatasi kegiatan aktifitas manusia namun tetap menjaga agar kegiatan perekonomian tetap berlangsung.
Pemerintah  Turki telah menghentikan seluruh penerbangan internasional, membatasi perjalanan domestik, menutup sekolah-sekolah, bar dan kafe, serta menangguhkan salat berjemaah dan ibadah massal. Namun orang-orang masih bisa bekerja untuk mempertahankan aktivitas ekonomi.
Untuk alasan ini, Erdogan sendiri bicara;Â
"Turki berkewajiban untuk terus memproduksi dan menjaga roda (ekonomi) terus berputar dalam keadaan apapun," tegas Erdogan pada suatu waktu.
Seberapa penting alasan ini bagi Turki? Jika kita perhatikan, Erdogan bukannya tidak awas terhadap bahaya Covid-19, hanya Erdogan berusaha menjaga agar jangan terjadi dampak lebih besar dalam arti kesehatan serta ekonomi, ketika dia keliru mengambil keputusan.