Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Framing" dalam Penyampaian Korban Covid-19 dengan Suara Bergemetar Anies Baswedan

31 Maret 2020   12:51 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:28 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah teori menarik dalam ilmu komunikasi yang bernama framing. Dictionary of Mass Communication mengatakan bahwa  framing adalah teori atau proses tentang bagaimana pesan media massa memperoleh perspektif, sudut pandang, atau bias.

Lebih menariknya, teori framing kerapkali dikaitkan dengan teori agenda setting karena kedua teori tersebut berbicara tentang bagaimana media mengalihkan perhatian khalayak dari kepentingan sebuah isu ke dalam apa yang ingin diproyeksikan dan digunakan untuk mengetahui efek media.

Banyak sekali, teori framing yang bisa didapatkan baik dari buku, maupun dari tulisan artikel pendek, seperti yang saya lakukan untuk membuat tulisan ini.  Frame atau bingkai itu bisa merupakan interpretasi media, yang tentu dapat mempengaruhi pembaca.

Poin ini yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini. 

Pagi tadi saya membaca diskusi menarik di media sosial  tentang soal pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang dengan nada gemetar berbicara tentang 283 orang meninggal dunia yang dimakamkan sesuai protokol covid-19. 

Diskusi tentang pernyataan Anies ini, diambil dari satu link berita Kompas.com, "Suaranya Bergetar Sebut 283 Warga Dimakamkan, Anies: Itu Warga Kita yang Bulan Lalu Sehat". Si pembuat Ts di medsos memasukan link ini lalu mengatakan bahwa "Hati-hati, jangan terjebak framing karena yang meninggal soal Covid-19 itu hanya 76".

Komentarpun bermunculan, ada yang menganggap Anies lebay untuk membuat panik apalagi dengan gesture dan nada gemetaran di suaranya, namun ada yang mengatakan bahwa angka tersebut memang real, dan bisa saja semuanya karena Covid-19, lalu Anies memang tidak sedang bersandiwara.

Jika anda sudah membaca linknya, mari kita melihat framing yang ada diihat daru  beberapa sisi. Mengapa pembuat ts mengatakan bahwa hati-hati jangan terjebak? Pertama, dari segi judul memang sudah akan menimbulkan bermacam interpretasi. Bagi yang tidak kritis dan tidak mengikuti berita covid-19 (jumlah di golongan ini bisa saja cukup banyak), judul ini bisa dianggap sebagai data aktual  jumlah meninggal karena covid-19 di DKI Jakarta.

Kedua, dari isi berita. Bagian isi berita juga nampaknya mengatakan demikian, perhatikan bagian pernyataan Anies ini ""Ini menggambarkan bahwa situasi di Jakarta terkait dengan Covid-19 amat mengkhawatirkan. Karena itu saya benar-benar meminta kepada seluruh masyarakat Jakarta, jangan pandang angka ini sebagai angka statistik," ujar Anies dalam konferensi pers di Bakaikota, Senin (30/3/2020).

Jika anda hanya membaca judul dan juga hanya membaca sampai di bagian ini--apalagi  tanpa data tambahan, maka angka 283 warga meninggal itu bisa saja disimpulkan karena Covid-19.

Ada pernyataan Anies kemudian. " Anies bilang, belum tentu semua jasad yang dimakamkan itu merupakan pasien Covid-19, sebagian mungkin masih berstatus suspect (dicurigai) Covid-19, karena belum dites atau hasil tes belum rilis saat meninggal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun