"Apa yang kita hadapi sekarang adalah sebuah perang. Dokter dan keluarga mereka berduka atas kepergian mereka," kata Filippo Anelli, Presiden Federasi Dokter, seperti dikutip dari laman Daily Mail.
Filippo Anelli tidak bisa menyembunyikan kesedihan sekaligus kekuatirannya, situasi di Italia memang nampak seperti medan perang, tidak ada alasan untuk mudur bagi tenaga medis sepertinya, pilihannya memang hanya untuk hidup atau mati.
Tercatat hingga Jumat (23/3/2020), sudah 37 dokter di Italia meninggal akibat terinfeksi covid-19, sementara 6.205 orang  terinfeksi ini berarti 8,3 persen dari 74.376 total yang terinfeksi yang ada di Italia adalah tenaga medis.
Bagaimana sampai covid-19 dapat merenggut tenaga medis yang begitu banyak di Italia? Roberto Stellini, seorang dokter penyakit menular di rumah sakit Poliambulanza di Brescia menceritakan bahwa rekan sejawatnya lebih banyak meninggal di awal penanganan kasus ini.Â
Stellini lebih lanjut menjelaskan bahwa situasi menjadi memburuk ketika ruang isolasi yang disiapkan untuk pasien mulai tidak mencukupi.
Ruang isolasi tekanan negatif yang dirancang khusus itu diperlukan untuk merawat virus corona sesuai standar , bukan saja untuk menyelamatkan para pasien tetapi juga untuk melindungi para dokter dan tenaga medis lainnya agar tidak tertular virus dari pasien yang dirawat oleh mereka.
Akan tetapi, ketika hanya  sebagian kecil dari pasien Covid-19  bisa dirawat di ruang isolasi tersebut maka virus dapat dengan mudah menyebar dan menulari para dokter dan tenaga medis yang ada.
Selain ruang dan peralatan amat terbatas, kelelahan fisik juga menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi, apalagi seperti yang terjadi di Indonesia, para tenaga medis ini sekalipun tidak memiliki kesempatan untuk melakukan test swab karena kesibukan pekerjaan kemanusiaan yang mereka lakukan.
Giovanna seorang ahli anestesi di sebuah rumah sakit di Milan mengatakan hal tersebut, dan amat mengharukan karena dari ceritanya para tenaga medis melakukannya demi para pasien, sehingga tidak memikirkan dirinya sendiri.
"Tidak ada waktu untuk memikirkan kelelahan, karena ketika kamu melihat pasien Covid-19 dan bagaimana mereka hidup dengan penyakit ini, dalam kesendirian, kamu menyadari ibumu, ayah atau kakekmu bisa berada di ranjang itu." kata Giovana.