Kehadiran Aron Ramsey dan Adrien Rabiot memang diharapkan dapat mengisi lubang itu, hanya sayang para gelandang yahud yang didatangkan dengan gratis ini masih kerap diiringi masalah lain seperti cedera sekaligus adaptasi gaya bermain.
Oleh karena itu jangan heran, isu kembalinya Paul Pogba, lalu mendatangkan Christian Eriksen serata Ivan Rakitic dari Barcelona cukup kuat menggema dengan harapan masalah ini dapat teratasi sekaligus memangkas waktu agar Sarriball dapat lebih cepat dinikmati.
Akan tetapi, sekali lagi La Vecchia Signora boleh mulai optimis bahwa fase kedua musim dapat dimulai dengan Sarriball yang dapat terus berkembang dengan baik.
Pasalnya beberapa pemain mulai mampu menjalankan tugas seperti yang diinginkan Sarri. Lihat saja Paulo Dybala yang secara transformatif mampu menjalankan tugas sebagai "pemantul" bola yang lebih dekat ke depan.
Format Dygualdo, Dybala-Higuain-Ronaldo yang sempat diragukan, ternyata berjalan sesudah Dybala mampu memainkan peran ini dengan baik.Â
Ketika Miralem Pjanic yang dijadikan poros oleh Sarri untuk mengalirkan bola dihambat, aliran bola terus merambat dengan kerelaan Dybala untuk bergerak dinamis turun ke tengah.
Selain Dybala, gelandang muda Juve asal Uruguay, Rodrigo Bentancur dapat dianggap sebagai gelandang yang paling sesuai dengan skema Sarri, selain Pjanic tentunya.Â
Bentancur mampu menambah kekuatan teknis dengan empat assistnya sejauh ini, yang berarti bahwa kekuatiran tentang kurangnya kreativitas di lini tengah Juve mulai terobati.
Selain itu pergerakan para pemain bertahan juga patut diamati. Terutama para bek tengah yang berubah dari bek tengah yang menjaga garis lebih ke dalam menjadi lebih agresif bahkan nampak bertindak seperti gelandang bertahan.
Strategi untuk mendatangkan Matthijs De Ligt dan Merih Demiral sepertinya untuk ini. De Ligt di Ajax menjadi bek tengah yang juga produktif karena mampu bermain dalam skema yang membuat Ajax nampak lebih banyak menguasai bola dan agresif.
Bek Turki Demiral, bahkan mencuri perhatian bukan saja karena penampilan apiknya bersama Timnas Turki, namun di Juve, Demiral menghadirkan gaya bek ala kompetisi Italia yang amat berbeda yang tidak kuat secara teknik semata tetapi berani.