"Gelandang Manchester United, Paul Pogba, menerima serangan bernada rasial di media sosial setelah gagal mengeksekusi penalti saat melawan Wolverhampton." (kompas.com)
Minggu, 7 Januari 2018. Gelandang Juventus asal Prancis, Blasie Matuidi berdiri terpaku. Gerak tubuhnya memohon bantuan wasit Giampaolo Calvarese agar segera bereaksi terhadap teriakan rasis yang dialaminya di Sardegna Arena, Cagliari. Calvarese hanya meminta Matuidi untuk terus bermain.
Matuidi tetap berdiri diam, hingga rekannya Paulo Dybala dan Mehdi Benatia menghibur dan memintanya untuk meneruskan pertandingan. Menarik napas dalam terlebih dahulu, Matuidi akhirnya terus bermain, lebih garang.
"Hari ini saya mengalami rasisme selama pertandingan berlangsung. Orang-orang lemah mencoba mengintimidasi dengan kebencian. Saya bukan pembenci, dan hanya bisa menyesali mereka yang memberi contoh buruk," ujar Matuidi seusai pertandingan.
"Sepak bola ialah cara untuk menyebarkan kesetaraan, gairah, dan inspirasi. Itulah mengapa saya bermain sepak bola," tambah Matuidi.
Saya menonton pertandingan itu melalui salah satu stasiun berbayar, perasaan saya juga bercampur aduk melihat reaksi Matuidi. Â Teriakan itu seperti bunyi menirukan suara binatang, "monyet" tanpa pisang.
Matuidi jelas dilukai, Italia memang kejam dan masih diisi dengan orang-orang yang sangat anti terhadap perbedaan terutama suku dan ras, yang berakibat perbedaan warna kulit. Â Konon, warisan fasisme dari Benito Mussolini yang terpelihara hingga sekarang yang menyebakan hal tersebut.
Fasisme menanamkan rasa ketidakaman karena terancam dengan datangnya orang dari luar. Berkembang menjadi varian fasisme yang akan selalu merendahkan orang lain, merasa paling hebat dibandingkan ras, atau golongan lain.
Hari ini, Blaise Matuidi masih bermain di Italia bersama Juventus. Ketika striker muda Italia, Moise Kean mendapat perlakuan yang sama saat pertandingan di tempat yang sama beberapa bulan lalu, Matuidi lalu berteriak, memeluk, menarik Moise Kean seperti hendak berkata, "Ayo bermain, jangan pedulikan mereka".
Sepak bola terus berperang melawan hal-hal seperti  ini, menikmati sepak bola adalah menerima mereka, menerima perbedaan dalam sebuah mahakarya keindahan bernama sepak bola. Peperangan harus terus dilakukan, namun pada kenyataannya Matuidi, Kean, Balotelli pernah dilukai dan mungkin akan tetap dilukai nantinya.