Mantan Menteri BUMN dan Direktur PLN Dahlan Iskan turut memberi catatan mengenai padam secara massal listrik yang terjadi di Jakarta, sebagian Jawa Barat, dan Banten pada hari Minggu lalu, dengan gaya khasnya yang tajam dan menggelitik, catatan itu Dahlan tuliskan  dalam blog pribadinya.
Salah satu catatan yang menggelitik adalah soal "Monumen Sengon". Â Begini petikan tulisan Dahlan tersebut,.
"Pohon sengonnya ada di Desa Malon. Nun jauh di Gunung Pati, 28 km selatan Semarang. Mati listriknya sampai Jakarta. Maka pohon sengon itu perlu diabadikan. Fotonya. Untuk dipasang di seluruh kantor PLN. Sebagai monumen. Yang harus diajarkan turun-temurun. Dari satu generasi ke generasi berikutnya".
Mengapa perlu ada Monumen Sengon? Dahlan lantas mengajak pembacanya untuk berefleksi. Bagaimana bisa pohon yang biasanya tumbuh di dalam pagar rumah penduduk itu bisa menyebabkan SUTET terganggu dan mengakibatkan black out yang menggegerkan tersebut.
"Sengon tidak salah". Akan tetapi, gara-gara Sengon, harus ada kompensansi yang dikeluarkan oleh PLN sebesar 1 Triliun, Sengon 15 meter, sekeja berharga 1 triliun, memang harus dimonumenkan.
Refleksi yang menarik. Publik mudah  mengerti apa yang dimaksudkan oleh Dahlan, karena ada perbandingan yang secara tidak langsung digambarkan oleh Dahlan. BUMN yang raksasa dan Sengon yang hanyalah sebuah pohon.
Apakah si "raksasa", pendulang, pengurus pundi-pundi dari hasil jualan listrik berbentuk BUMN Â itu tidak bisa mengurus sebuah pohon sengon?
Apa yang dapat kita maknai? Seringkali kenyamanan membuat kita melupakan mengurus hal-hal yang kecil. Meski naf sekali jika mengatakan itulah alasan padamnya listrik massal tersebut, tetapi harus siap bahwa itulah kenyataannya sekarang.
Publik terlalu dipusingkan dengan penjelasan tentang persoalan turbin, transmisi dari Plt Direktur PLN yang seorang Presiden saja malas mendengarnya, padahal persoalannya adalah karena satu batang pohon Sengon.
Seorang rekan mengatakan sesuatu yang menggelitik, Jika Plt Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Sripeni Inten Cahyani langsung mengatakan bahwa persoalannya adalah Pohon Sengon, mungkin saja Jokowi tidak akan geram dan marah.
Ada beberapa pertanyaan sederhana yang menohok. "Mengapa dibiarkan tumbuh disitu? Apakah tidak ada yang tahu?"Â