Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Makna Satu Meja Makan Buat Jokowi dan Zulkifli Hasan

11 Mei 2019   07:00 Diperbarui: 11 Mei 2019   07:34 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi dan Zulkifli Hasan bertemu lagi, kali ini suasananya lebih santai yaitu saat berbuka puasa bersama. Seperti sepakat mengenakan kemeja koko berwarna putih berlengan panjang dan berpeci hitam, Jokowi dan Ketua Umum PAN itu saling melepas senyum.

Pertemuan antara kedua tokoh politik ini adalah pertemuan kedua pasca Pemilu. Pertemuan pertama terjadi di Istana Negara, saat pelantikan Gubernur Maluku Utara. Pertemuan yang amat formal, mengenakan jas hitam, saat itu Zulkifli tertangkap kamera sedang berbincang sebentar dengan Jokowi dan beberapa tokoh penting TKN yang turut hadir.

Elit politik menjadi heboh, ada apa di balik pertemuan kedua orang yang saling lawan di konstetasi Pilpres itu?  Isu yang dikonfimasi beberapa pihak dan dianggap menjadi kebenaran adalah Zulkifli Hasan sedang menjajaki untuk bergabung dengan koalisi Jokowi, bahkan lebih detail telah membicarakan tentang jasa apa yang didapat jika akhirnya bergabung.

Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding bahkan berani bertaruh informasi itu adalah info A1. "Info itu ada dan benar. Saya dengar beliau membisik Pak Jokowi dan meminta salah satu pimpinan MPR," ungkap Abdul Kadir Karding kepada wartawan, Selasa (30/4/2019).

Sesudah isu itu sedikit reda, kemarin keduanya kembali bertemu. Kali ini,  Jokowi yang diundang  untuk berbuka puasa bersama di rumah dinas Ketua MPR tersebut. Kedua orang itu duduk berdampingan, berada bersama di satu meja bundar yang ditutup dengan kain putih bercorak perak.

Saling berbincang, rona wajah kedua elit politik itu terkadang berubah-rubah. Ada yang serius, tetapi lebih banyak terlihat santainya. Beberapa kali juga terlihat Zulkifli harus mendekatkan kepalanya ke arah Jokowi, untuk berbicara atau mendengar.

Seusai buka bersama tersebut, Zulkifli mencoba menjelaskan makna pertemuan tersebut. Bagi Zulkifli, pertemuan itu adalah sebuah bentuk silahturahmi, suatu hal positif yang sebenarnya menjadi jati diri dan ciri khas orang Indonesia.

"Begini, menurut saya, orang Indonesia itu sederhana. Kita punya jati diri yang mudah yang khas, apa? Silaturahmi. Marah, kalau sudah ketemu, marahnya hilang," ujar Zulkifli sambil tersenyum.

Zulkifli juga mengatakan bahwa dirinya secara pribadi menginginkan agar seusai Pilpres  persaudaraan sebagai anak bangsa dapat kembali terjalin mesra. Lupakan dan sudahi sudah perbedaan, mari bersama duduk di satu meja makan, berbuka bersama dan bersilaturahim.

"Jangan sampai gara-gara pilpres kita nggak bisa ketemu. Wah, repot banget. Kalau tiap lima tahun berapa yang nggak ketemu. Bisa jadi suami-istri nggak ketemu juga," tambah Zulkifli.

Apa yang dikatakan oleh Jokowi? Seperti biasa, Jokowi dengan santai menanggapi pertemuan tersebut. "Ya tadi kita sepakat bersama, di satu meja tadi Pak Ketua MPR, ada juga Pak Wapres, ada juga Ketua DPD, ada juga Pak Ketua DPR, Ketua MK juga sepakat. Kita sepakat semuanya," kata Jokowi. 

Kesepakatan apa? Sambil bercanda, Jokowi menjelaskan bahwa kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan untuk berbuka bersama.

***

Harus diakui pertemuan kedua orang ini amat menyejukan di tengah polemik politik yang entah kapan akan selesai. Ketika di tempat lain para elit yang berseberangan saling menuding dan saling menyambar ketika merasa tersudutkan, Jokowi dan Zulkifli mau duduk bersama.

Pertemuan ini meski tidak bisa dikatakan sebagai sebuah rekonsiliasi, namun paling sedikit mengobati keinginan masyarakat  yang menginginkan suasana damai sesudah pilpres.

Melihat para elit duduk bersama, berbuka puasa bersama dengan santai dan bergembira, seperti memberi simbol bahwa ada waktunya untuk berkompetisi namun ada waktunya untuk berjabatan tangan, bersilahturahmi.

Setuju dengan yang dikatakan oleh Zulkifli, silahturahmi itu menjadi ciri khas Indonesia, bisa dimulai kapan dan dimana saja, ketika hati terpanggil untuk melakukannya.

Berada di satu meja makan juga memberikan sisi lain yang sungguh amat menarik. Ada sebuah kata bijak yang mengatakan jika hendak makan milikilah hati yang gembira, jauhkanlah kebencian, dengan demikian makanan itu akan menjadi berguna bagi tubuh, menjadi berkah.

Ketika gembira, relasi di meja makan juga berubah menjadi sebuah relasi yang terbuka, optimis dan penuh kekeluargaan.

Simbol penuh makna yang dapat berarti para pihak yang masih bertikai mulai sudah untuk mau duduk bersama. Hentikan sudah ajakan-ajakan yang menghasut, hentikan saling menuding dan membuka aib. Mari duduk bersama, berbuka bersama di satu meja makan. Tersenyumlah dan berbahagialah. Meski mungkin hanya sejenak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun