Setelah cukup membuat gaduh, Demokrat akhirnya berusaha menjelaskan pernyataan Andi Arief soal pembisik atau "setan gundul"dan data kemenangan Prabowo hingga 62 persen. Soal kemenangan 62 persen ini disebut di dalam deklarasi kemenangan kubu 02.
Ada dua poin penting yang digunakan untuk menjelaskan tentang setan gundul dan 62 persen, yang disampaikan melalui Kepala Divisi Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
Pertama, setan gundul adalah sebutan yang tidak mengarah ke personal tertentu. Sebutan ini untuk menjelaskan siapa saja yang memberikan data secara asal-asalan atau ngawur kepada Prabowo.
"Andi Arief bilang saya ingin Prabowo menang, jangan diberikan data yang salah sehingga beliau menjadi blunder memberi statemen ke luar," kata Ferdinand.
Ferdinand lalu menjelaskan bahwa Andi Arief sendiri tidak tahu siapa itu setan gundul, karena itu hanyalah sebuah istilah untuk para penyesat.
Kedua, perolehan kemenangan 62 persen menjadi tidak masuk akal jika dibandingkan dengan kemenangan SBY di 2009.
Andi Arief dikatakan Ferdinand menganalisa angka 62 persen yang dikatakan "sesat" itu berdasarkan pengalaman perolehan suara kemenangan Demokrat di 2009.
"Dia membandingkan kemenangan SBY 2009 ya. SBY menang telak di mana-mana, di pulau Jawa semua menang, Sumatera dia menang, saat itu hanya 60 persen," kata Ferdinand.
Bagaimana bisa Prabowo dapat menang hingga 62 persen, padahal di pulau Jawa saja kalah, begitu cara berpikir Andi Arief menurut Ferdinand.
Mau tidak mau, Demokrat atau Andi Arief memang harus bekerja keras untuk menjelaskan soal fenomena "setan gundul" ini.Â
Berbagai pihak bahkan sudah ikut berkomentar, baik memberi saran bahkan menyerang balik Demokrat.