Judul tulisan ini muncul sesudah menyaksikan diskusi di acara Mata Najwa kemarin malam. Pencetusnya adalah Yuniarto Wijaya, yang diundang selaku Sekjen Persepi atau Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia. Dalam kesehariannya Yuniarto juga adalah Direktur Eksekutif Lembaga Survei Charta Politika.
"Tadi dijelaskan ada angka. Saya tidak mengerti logika Pak Prabowo, Jika saya jadi penasihat Pak Prabowo, Saya akan sarankan Pak Prabowo Pecat Orang yang melakukan Real Count atau Quick Count" kata Yuniarto.
Mengapa demikian? Bagi Yuniarto, angka Quick count yang dikatakan kubu Prabowo di angka 52 persen, dan Real Count 62 persen, dengan margin of  error (MOE)  10 persen, adalah sebuah keanehan dan tidak masuk akal.
Tentu yang paham tentang metode ini tahu adalah kesia-siaan atau percuma melakukan quick count apalagi mengatakan di angka 52 persen, jika Real Count sudah sebesar itu.
Yuniarto lantas menjelaskan bahwa dari keanehan penjelasan dari kubu Prabowo tersebut, maka perlu ditanyakan kembali dimana titik kesalahannya, Real count atau Quick Count dengan MOE sebesar itu, apalagi data exit pool juga berbeda yaitu diangka 55 persen.
"Saran saya pecat quick count dan real count, karena akan diketahu pada tanggal 22 Mei nanti" ujar Yuniarto.
Yuniarto di dalam acara ini juga tidak sekedar mengulas tentang angka-angka yang dikatakan oleh kubu Prabowo, tetapi Yuniarto juga mempertanyakan mengapa sampai saat ini, BPN tidak berani mengekspos data ketika lembaga survei dibawah Persepsi sudah siap untuk mengekspos data?
Bagi Yuniarto fakta ini membuat dia bertanya, apa yang sedang disembunyikan? Yuniarto mengatakan kebiasaan di Persepi adalah jika ada lembaga survei ada yang tidak berani membuka data maka dugaannya cuma dua, Â yakin bahwa data itu salah atau tidak punya data.
Di akhir kesempatan berbicara, Yuniarto bahkan menyinggung yang dikatakan pihak BPN, bahwa dalam 4-5 jam setelah pemungutan suara, mereka sudah mampu mengumpulkan real count sebesar 40 persen, mengapa sudah seminggu  belum selesai juga?
Dalam perdebatan ini, apa yang dikatakan Yuniarto apalagi pemahamannya soal data dan angka sulit diimbangi oleh Jubir BPN, Andre Rosiade dan Priyo Budi Santoso yang hadir saat itu. Berulangkali, pertanyaan atau pernyataan Yuniarto, dibelokan ke arah lain.
Soal perhitungan real count dan quick count yang berbeda, Andre Rosiade membelokannya ke arah sumber dana dari lembaga survei di bawah Persepi. Sedangkan soal kecepatan perhitungan internal, Andre mengatakan bahwa masalah formulis C1 yang masih dipegang caleg mereka dan belum tersampaikan karena kendala tempat yang jauh.