"Mengejutkan ya, kenapa harus mundur. Tidak ada rencana, bagusnya kalau mundur dirancang dulu. Akibatnya jadi kurang enak, terkesan tidak bertanggung jawab, apalagi setelah mundur langsung pergi dari tempat kongres, tidak begitu caranya," -- Budiarto Shambazy.
Kongres Tahunan PSSI 2019 sudah selesai. Tidak ada hasil kongres yang perlu dirayakan, yang ada hanya berita mengejutkan di awal kongres dengan mundurnya Ketua Umum Edy Rahmayadi dari gerbong PSSI. Â
Pengunduran diri Edy membuat publik tercenung, lalu berespon. Banyak yang senang dengan memberikan apresiasi terhadap Edy yang dirasa sudah "tahu diri", tetapi tak sedikit pula yang merasa waktu pengunduran diri tidak berada di waktu yang tepat.
Salah satunya yang berpendapat bahwa pengunduran diri Edy tidak tepat dari sudut pandang waktu adalah pengamat olah raga  senior, Budiarto Shambazy.
Budiarto menganggap bahwa situasi PSSI yang sedang mengalami tekanan dan permasalahan yang berat, seharusnya diselesaikan Edy terlebih dahulu. Â Edy dianggap tidak bertanggung jawab.
"Mengejutkan ya, kenapa harus mundur. Tidak ada rencana, bagusnya kalau mundur dirancang dulu. Akibatnya jadi kurang enak, terkesan tidak bertanggung jawab, apalagi setelah mundur langsung pergi dari tempat kongres, tidak begitu caranya," ujar Budiarto.
Lebih jauh Budiarto mengatakan bahwa cara mundur Edy bahkan terkesan lari dari tanggung jawab dan memberikan preseden buruk tentang jabatan Ketum PSSI yang dapat ditinggalkan seenaknya.
"Ini tidak bisa main-main, menggampangkan, meremehkan, main mundur-mundur saja. Dan ini ada stakeholder, jadi repot. Ada kemenpora selaku perwakilan pemerintah, FIFA, Liga, banyak stakeholder lainnya," tambah Budiarto.
Jika kita cermati, apa yang dikatakan Budiarto memang benar. Ada yang seharusnya dilakukan Edy sebelum memutuskan mundur, namun seperti diabaikan, dan dilepas begitu saja. Â
Jika ada yang mengatakan bahwa pengunduran Edy sudah tepat, karena beralasan adanya rangkap jabatan sehingga tidak efektif, maka seharusnya Edy mundur sewaktu dia resmi menjadi Gubernur Sumut, bukan sekarang, sudah sangat terlambat.
Apalagi jika melihat kondisi PSSI yang sedang limbung karena anggota Exconya menjadi tersangka mafia pengaturan skor dan minimnya prestasi timnas yang dapat dibanggakan.