"Pasti akan kita minta keterangan, pelatih dan pemain Persibara. Juga pihak lawan, PSS Pasuruan, pelatih dan pemainnya juga nanti kita minta keterangannya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri padaSelasa (8/1/2019).
Skandal pengaturan skor di sepak bola nasional nampaknya menjadi semakin “menegangkan” setelah penangkapan wasit, Nurul Safarid. Nurul ditangkap tim Satgas Antimafia Bola di Garut, Jawa Barat, pada Senin, 7 Januari 2019.
Nurul menjadi nama pertama tersangka yang berprofesi wasit dalam skandal mafia bola ini. Diungkapnya keterlibatan wasit di dalam pengaturan skor akan membuka pintu yang lebar untuk menjerat tersangka lainnya.
Mengapa demikian? Di dalam alur permainan match fixing ini, wasit menjadi salah satu yang bisa dikatakan aktor penting. Di dalam skenario yang umum, para perantara atau disebut broker akan mempertemukan wasit dan pemesan skor, sekaligus membantu agar wasit dapat membantu terlaksananya perbuatan jahat ini.
Jika sampai sekarang jaringan para broker telah ditangkap dan oknum wasit sudah ditindak, maka yang paling penting sekarang adalah menunggu gerak selanjutnya agar Satgas menindak komponen lainnya yaitu pelatih dan pemain, jika terbukti bersalah.
Karo Penmas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo sudah memberi tanda bahwa penyelidikan akan mengarah ke sana. Menurut Dedi jika berfokus pada pertandingan antara Persibara melawan PSS Pasuruan, maka pelatih dan pemain kedua klub akan diminta keterangan pasca penangkapan Nurul.
JIka benar terbukti, maka “ocehan” dari para pelaku match fixing yang sudah dihukum terbukti benar. Saat tayangan Mata Najwa, meski tidak menyebut siapa, peran para pelatih dalam lingkaran mafia ini cukup sentral.
Menurut pengakuan runner yang telah dihukum seumur hidup oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Bambang Suryo, pelatih yang melakukan kecurangan akan ditawari oleh runner sejumlah uang untuk memastikan skor yang dipesan dapat berjalan dengan baik di lapangan.
Runner sendiri adalah perpanjangan tangan oleh para bandar judi besar yang beroperasi di sepak bola nasional. Selanjutnya, pelatih yang bersangkutan akan membagikan uang kepada para anggota tim agar memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Apabila memakai perspektif peran para pelaku, pelatih adalah orang lapangan sebelum sampai di level paling dasar, yaitu pemain.
Apakah pemain Persibara dan PSS Pasuruan terlibat? Meski belum terbukti, namun harus diakui di level inilah sangat rentan termakan godaan para mafia. Pemain sendiri dihubungi jika pelatih tidak mau mengikuti kemauan para mafia, dan sangat menyedihkan karena berdasarkan pengalaman, para pemain jarang menolak untuk melakukan perbuatan tercela ini.