Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Bambang Suryo Merasa Dirinya Semut yang Diinjak Gajah

29 Desember 2018   02:53 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:02 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibarat saya ini semut yang diinjak oleh gajah. Tapi semut yang diinjak oleh gajah akan berontak," ujar Bambang Suryo.

Manajer klub Persekam Metro FC, Bambang Suryo seperti tersambar petir ketika mengetahui bahwa dirinya menerima sanksi dengan dilarang melakukan aktivitas di ruang lingkup sepak bola nasional  seumur hidup dari Komisi Disiplin (Komdis). Seumur Hidup!

"Komite Disiplin PSSI menguatkan keputusan Komite Disiplin PSSI tahun 2015 dengan merujuk kepada pasal 72 ayat (4) jo. pasal 141 Kode Disiplin PSSI, Sdr. Bambang Suryo dihukum larangan ikut serta dalam aktivitas dalam kegiatan sepakbola di lingkungan PSSI seumur hidup karena telah terjadi pelanggaran terhadap pasal 72 ayat (4) jo. pasal 141 Kode Disiplin PSSI," bunyi surat Komdis PSSI.

Hukuman ini dianggap pantas oleh PSSI karena Bambang Suryo yang kerap disebut BS ini dituduh berusaha menyuap pelatih PS Ngada yakni Kletus Marselinus Gabhe, yang bertemu Persekam Metro FC di Liga 3 2018.

BS benar-benar tak menyangka bahwa PSSI bisa sekejam itu, karena pengungkapan kasus ini dilontarkan oleh dirinya sendiri dalam konteks ingin membuka tabir mafia pengaturan skor atau match fixing yang seperti tertutup rapi selama ini.

Fakta ini sebenarnya terungkap terlebih dahulu ditayangan Mata Najwa, "PSSI Bisa Apa"  episode 2. Saat itu, Najwa Shihab menghadirkan BS bersama Pelatih Ngada, Kletus Gabhe. Kletus menceritakan bahwa memang BS menghubunginya untuk meminta sejumlah uang agar Ngada dapat lolos ke fase selanjutnya di kompetisi Liga 3.

BS memang terlihat tenang menanggapi, bahkan menganggap bahwa itu adalah bagian dari strateginya untuk mengetahui apakah PS Ngada sebenarnya ikut "bermain" dalam match fixing atau tidak. BS berkilah bahwa dia sebenarnya sedang membantu mengungkap kasus ini.  Hal ini dikatakannya di depan Kapolri, Tito Karnavian yang hadir pada saat itu minus anggota PSSI yang tak satupun mau hadir di tayangan episode kedua.

Sesudah vonis ini, menarik melihat reaksi BS yang menganggap dirinya ibarat semut yang diinjak gajah. BS menilai ada kejanggalan dari vonis tersebut, seperti belum pernah ada pemanggilan terhadap dirinya terlebih dahulu oleh Komdis.

BS sepertinya menilai gajah itu adalah PSSI dan dirinya adalah semut. BS mungkin sedikit keliru memakai pengandaian ini, karena di dalam kasus ini yang ada hanyalah yang benar dan yang salah, apalagi ketika Polri mulai ikut campur tangan soal match fixing ini. Berbeda jika ini murni hukuman federasi maka bukan rahasia lagi, bahwa hukuman dari PSSI itu selama ini dianggap angin lalu oleh "pemain" seperti BS ini.

Namun jika konteksnya adalah gajah marah, bisa jadi BS benar. Apa pasal? BS menjadi hasil kerja murni PSSI sesudah dalam dua hari ini Satgas mafia bola di pihak Polri telah menangkap para petinggi PSSI yang dicurigai terlibat, seperti anggota komite eksekutif (Exco) PSSI, Johar Lin Eng dan Asprov Yogyakarta, Dwi Irianto.

Tidak dapat dipungkiri bahwa nama Johar sempat disebut BS di episode pertama "PSSI Bisa Apa" sebelum dibuka lebih lebar oleh Manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indriyani di tayangan episode 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun