Jika diharuskan memilih siapa pembaca berita favorit maka  saya akan jujur menyebutkan sebuah nama, Aiman Witjaksono. Kebetulan, Aiman terpilih menjadi salah satu dari lima nominator presenter berita terfavorit ajang Panasonic Gobel Awards (PGAwards) 2018.
Aiman mungkin tidak setampan Prabu Revolusi dan Joy Astro, dan tentu tidak semenarik Dian Mirza dan Senandung Nacita di hadapan para penonton televisi, tetapi ada hal lain yang saya pikir pantas dikedepankan saat jurnalisme televisi memasuki jaman seperti ini, yaitu soal keberanian. Menurut saya Aiman selangkah di depan soal itu.
Hal ini bukan berarti sosok yang menarik, tampan atau cantik menjadi tidak penting. Akan tetapi teknik membaca yang mumpuni dengan penekanan konsonan yang tepat akan menjadi sesuatu yang "kuno" jika hal itu menjadi sebuah standar penilaian saat sekarang.
Kita sudah bergerak jauh meninggalkan kekuatan kharisma Adolf Posumah dengan sosok mata tajamnya saat membawakan acara berita Nuansa Pagi dan Seputar Indonesia di RCTI pada tahun 1990-an. Bahkan keteduhan Dana Iswara dan Zsa Zsa Yusharyahya saat membaca berita, yang membuat kita betah melihatnya tanpa peduli  konten berita. Sudah lewat masanya untuk itu.
Bukti terakhir tentang unsur ini nampak saat Aiman mewawancarai Ketua Umum PSSI sekaligus Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dalam konteks berita soal kematian suporter sepak bola. Saya tuliskan penggalan wawancara yang sempat membuat Edy Rahmayadi naik pitam saat itu.
"Terakhir pak pertanyaan saya. Anda kan menjadi Gubernur Sumatera Utara, apakah anda merasa terganggu ketika tugas anda tanggung jawab anda menjadi Gubernur dan Ketua Umum PSSI?" tanya Aiman mendekati akhir wawancara.
"Apa urusan anda menanyakan itu?" kata Edy. (Wajah Edy mulai masam dan semakin serius).
Aiman tertawa, mungkin kaget mendengar perkataan Edy.
"Saya bertanya kepada anda pak, apakah anda merasa seperti itu. Kalau tidak anda tinggal menjawab karena ini pertanyaan yang sederhana sesungguhnya pak Edy" kata Aiman lagi.
"Bukan hak anda juga untuk bertanya pada saya" kata Edy.