Kekalahan telak 2-4 atas Thailand di Piala AFF 2018 membuat jalan Timnas Indonesia di turnamen antar negara se-Asia Tenggara ini semakin terjal. Satu kemenangan dari tiga pertandingan dirasa amat kurang bagi tim sekelas Indonesia yang sebelum turnamen dianggap sebagai kandidat kuat juara.
Evaluasi besar-besaran seharusnya lekas dilakukan, karena meskipun peluang semakin mengecil untuk lolos dari fase grup, tetapi peluang itu masih ada dengan catatan ada solusi yang tepat dan efektif.
Saya sendiri berpendapat dalam situasi ini, sektor kepelatihan di bawah kepemimpinan Bima Sakti yang seharusnya disorot atau dikatakan sebagai pihak yang paling bertanggungjawab.Â
Mengapa demikian? Logika sederhana saya mengatakan bahwa jika komposisi tim hampir sama dengan tim sebelumnya (era Luis Milla), dan taktik yang dipergunakan sudah sama, maka sentuhan pelatihalah yang membuat perbedaan ketika situasi menjadi sulit dikontrol.
Apa yang menyebabkan situasi tersebut. Paling tidak ada dua hal yang dapat dikemukakan. Pertama, pola permainan di timnas dalam dua pertandingan awal menajdi tidak terbaca dengan jelas. Para pemain bermain seperti tanpa arah dan tidak enak dilihat. Amburadul.
Kedua, para pemain tidak mampu melakukan transisi yang tepat sesudah unggul maupun ketika ketinggalan. Pelatih tidak mampu membuat perubahan kecil ataupun signifikan di dalam situasi tersebut. Hasinya adalah mental pemain tidak mampu dibangkitkan khususnya saat ketinggalan skor dari lawan.
Oleh karena itu, Saya masih berpendapat bahwa Bima Sakti seharusnya diganti, Â saya malah sebelumnya berpikir pergantian itu dilakukan sebelum melawan Thailand. Namun ide saya terlihat terlalu berani dari berbagai pandang.
Bagaimana mungkin pelatih diganti di tengah turnamen. Bukankah itu akan membuat situasi bertambah buruk? Timnas sekelas Spanyol saja memilih mengganti pelatih (Julen Lopetegui) beberapa saat sebelum Piala Dunia 2018, bukan pada saat Piala Dunia.
Sempat terhenyak dan terdiam, saya mendapat sebuah data yang mendukung atau memungkinkan bahwa ternyata timnas pernah mengganti pelatih saat Piala AFF berlangsung, yaitu pada Piala AFF 2000.
Hampir sama dengan situasi yang terjadi pada saat ini, perjalanan timnas Indonesia saat itu cukup berliku. Mengatasi Filipina di laga awal fase grup A dengan skor telak 3-0, Indonesia menghadapi situasi sulit saat menghadapi Thailand di pertandingan kedua. Indonesia harus mengakui keunggulan tim Gajah Perang dengan skor telak 4-1.
Tim menjadi goyah dengan konflik internal terjadi berbuntuk ketidakpercayaan pada peatih kepala, Nandar Iskandar. PSSI lantas mengambil langkah cepat dengan mengganti Nandar dengan asisten pelatih, Dananjaya untuk duduk di kursi pelatih kepala.