Lama kelamaan Lopetegui akhirnya sadar bahwa dia keliru. Kepergian Ronaldo berdampak amat  signifikan terhadap penampilan Madrid. Pergerakan pemain dari belakang dan tengah begitu mulusnya tetapi tanpa seorang finisher yang mumpuni, Madrid seperti sedang bekerja keras namun tanpa hasil.Â
Asensio yang digadang-gadang sebagai pengganti Ronaldo malah sampai sekarang hanya mampu mencetak satu gol, Bale juga tidak konsisten apalagi Vinicius dan Mariano yang masih butuh waktu beradaptasi lagi dengan Madrid.
Dari data statistik pertandingan melawan Levante juga menunjukan masalah besar. Dengan jumlah tendangan membahayakan gawang hingga 34 kali berbanding enam milik Levante dengan hanya satu gol tercipta , itupun dari kaki Marcelo yang notabene seorang bek menandakan bahwa Madrid memang amat bermasalah di lini depan.
Padahal penguasaan bola Madrid mencapai 71 persen dengan jumlah operan 601 operan (berbanding 272) sedangkan akurasi operan menyentuh angka 0 persen. Menguasai pertandingan tetapi hanya mencetak satu gol. Bukan sebuah tim yang tajam di depan, tetapi tumpul.
Jika Antonio Conte datang apakah Conte akan menyelesaikan masalah ini? Saya pikir, bisa ya bisa tidak. Tetapi yang dapat dipastikan dari Conte adalah dalam keadaan tersebut, Conte tidak akan membuat Madrid dengan mudahnya kebobolan dua gol dari Levante di babak pertama. Ini yan tentu amat disesalkan oleh pendukung Los Blancos di laga ini.
Conte mungkin bisa saja berhasil membuat Bale Cs semakin produktif tetapi yang paling penting adalah Conte dapat membuat Madrid tidak kebobolan dengan mudah. Conte menjadi jaminan dari sepak bola yang lebih seimbang.
Madrid rasanya membutuhkan itu dari seorang Conte, sambil menunggu pergerakan transfer Madrid di bulan Januari yang dipastikan akan masif di sektor depan. Ada nama Paulo Dybala (Juventus), Mauro Icardi (Inter Milan) atau Robert Lewandowski (Bayern) yang dikabarkan akan merapat ke Madrid di Januari nanti.
Hal berikut yang dapat dibahas adalah metode latihan. Jika kita lebih dahulu membandingkan Lopetegui dengan pelatih Madrid sebelumnya, Zinedine Zidane maka nampak jelas ada perbedaan soal metode kepelatihan.
Jika  Zinedine Zidane mengutamakan latihan fisik yang maksimum maka Lopetegui lebih banyak mengandalkan pendekatan personal melalui komunikasi.
Biasanya setelah liburan musim panas, Zidane selalu menyambut pemain dengan menggenjot fisik di sesi latihan. Selain itu  dialog yang tercipta antar pemain dengan Zidane amat terbatas, Zidane lebih menitik beratkan pada fisik dan teknis.
Sedangkan Lopetegui agak berbeda. Lopetegui tidak membuat pemain Madrid terlalu berkeringat di latihan dan lebih menitikberatkan taktik serta memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi dengan para pemain. Inilah yang membuat pemain seperti Lucas Vasques, Marco Asensio yang kerap berada di bangku cadangan di era Zidane menjadi senang karena Lopetegui menjanjikan jam terbang yang lebih baik.