Rival Udinese adalah Sampdoria, klub yang bermarkas  di Genoa, empat jam  perjalanan dari Udine.  Di minggu kedua, tepatnya tanggal 11 Desember  2012, Udinese  akan bertandang ke  Stadion Luigi Ferraris menghadapi  tuan rumah Sampdoria dalam lanjutan laga Seri A. Â
Arrigo Brovedani sangat mencintai Udinese, klub dari kota tempat tinggalnya. Tetapi pada Desember 2012, semua orang di Udine tahu bahwa hanya di Friulilah para pendukung akan datang untuk mendukung Udinese. Bukan soal biaya, tetapi soal suhu yang amat dingin menjelang dan sesudah natal di seluruh Italia.
Oleh karena itulah, Seperti orang Udine dan Italia umumnya, Brovedani tidak berencana mendukung timnya saat laga away, tetapi situasi tidak disengaja membuat Brovedani sudah berada di Genoa, untuk sebuah urusan bisnis. Pria yang bekerja sebagai penjual anggur itu mulai berpikir, mumpung berada di Genoa, dia bisa ke stadion untuk mendukung Udinese.
Seperti kebanyakan pendukung fanatik, Brovedani dengan berani pergi ke Luigi Feraris untuk membeli tiket dan mulai memasuki stadion. Mengambil bendera dan syal kecil yang selalu ada di mobilnya, Â Brovedani lalu mengarahkan langkah kakinya ke bagian stadion yang diperuntukan untuk penonton tamu-- ada sekitar empat ribu kursi tersedia untuk Visitors.
Tim Udinese sedang melakukan pemanasan. Â Brovedani berharap dia bisa berjumpa setidaknya lima sampai enam orang fans Udinese, sayang Brovedani harus mendapati bahwa dia benar-benar sendirian saat itu.
Tetapi Brovedini tak gentar, Brovedani mulai menyapa para pemain Udinese yang sedang bermain dan meneriakan dukungan, "Ayo Udinese".
Situasi yang tak biasa itu sempat membuat kapten Udinese, Antonio Di Natale berkelakar dan berteriak untuk meminta Brovedani bergabung dengan para pemain  di lapangan. Brovedani hanya bisa membalas dengan senyuman sembari menunggu pertandingan berlangsung.
Fans Sampdoria yang menyadari kehadiran fans Udinese berjumlah satu orang itu, awalnya masih berusaha memprovokasi Brovedani dengan meneriakan teriakan cemoohan. Tetapi entah bagaimana, mereka seperti menyadari bahwa ini adalah sepak bola. Sepak bola adalah kegembiraan dan persahabatan, bukanlah kebencian.
Kisah inspirasi mulai terjadi. Pendukung Sampdoria berubah dari cemooh menjadi tepuk tangan bagi keberanian dan kesetiaan Brovedani yang rela mendukung timnya mesti sendirian selama dan seusai pertandingan. Bahkan, petugas stadion yang notabene adalah pendukung Sampdoria mulai mengajak Brovedani berbincang dan membelikannya secangkir kopi. Â Â
Brovedini dan fans Sampdoria memang masih saling memberi dukungan selama pertandingan yang akhirnya dimenangkan oleh tim tamu, Udinese dengan skor 2-0 melalui gol Danilo dan Di Natale.
Tetapi sepak bola bukan sekedar soal menang dan kalah. Sepak bola menumbuhkan cinta antar antar suporter yang juga kerap berseteru itu. Sebuah gestur inspiratif yang bahkan melampaui sepak bola itu sendiri. Esensi yang menemukan dan menempatkan rasa kemanusiaan di posisi semestinya melalui sepak bola.