"Kami merasa marah dan frustrasi karena kami ke sini untuk menang," ucap Pietro Zielinski. Gelandang Napoli itu terlihat kecewa berat setelah gagal meraih kemenangan saat melawat ke kandang klub Serbia bernama aneh dan sulit dilafalkan, Crvena Zvezda. Di Stadion Radjo Matic, tampil dominan dengan penguasaan bola mencapai 70 persen, Lorenzo Insigne Cs secara mengejutkan ditahan tanpa gol oleh sang tuan rumah. Â
Kemarahan Zielinski yang merupakan gambaran ruang ganti Napoli seusai pertandingan bisa dipahami dari dua hal berikut;
Pertama, grup C yang dianggap sebagai grup neraka di Liga Champions musim ini mengharuskan mereka harus mampu maksimal dalam setiap pertarungan. Di grup itu, selain Napoli, bercokol juga runner-up musim lalu. Liverpool dan raksasa Prancis, Paris Saint Germain.Â
Kedua, Â Crvena Zvezda adalah sasaran tembak paling empuk, sehingga jika gagal menang atas Crvena Zvezda maka jalan klub asuhan Carlo Ancelotti itu dipercaya akan semakin sulit.
***
Crvena Zvezda di atas kertas memang pantas dianggap sebagai underdog atau anak bawang di kompetisi ini apalagi segrup dengan tiga kontestan yang sarat pengalaman. Di era Liga Champions yang dimulai pada 1992-1993, inilah pertama kalinya Crvena Zvezda mentas di ajang ini, itupun didapatkan dengan perjalanan panjang karena harus melewati laga dari Kualifikasi I.
Crvena Zvezda tidak sendirian sebagai klub debutan liga Champions, selain mereka  ada klub Jerman, Hoffeinheim  dan klub Swiss,  Young Boys (Swiss).
Tetapi menganggap remeh Crvena Zvezda bisa juga suatu kesalahan. Meskipun debutan, tetapi klub ini adalah klub sarat sejarah. Jikalau sejarah ingin berkuasa kembali dalam perulangannya, maka bukan saja Napoli, PSG dan Liverpool juga harus berhati-hati terhadap Crvena Zvezda.
Mengapa demikian? Crvena Zvezda bernama lawas Red Star Belgrade. Jika menyebut Red Star Belgrade, maka penikmat bola pasti ngeh dengan apa yang dimaksudkan.
Pada perhelatan Piala Champions 1991, Red Star Belgrade tampil amat fenomenal, bahkan menjadi juara. Di final, Red Star Belgrade berhasil mengalahkan klub Perancis yang paling disegani masa itu, Marseille.
Saat itu, skuat juara Yugoslavia itu juga tak main -main. Deretan nama-nama pemain seperti Vladimir Jugovic, Sinisa Mihajlovic, Robert Prosinecki, Darko Pancev dan Dejan Savicevic menjadi nama-nama yang bersinar kala itu. Bahkan seusai menjadi juara, klub-klub kaya dari Italia langsung berebutan untuk menggaet mereka.
