"Ketika aku menjalani operasi pada tahun ini aku bisa memahami apa yang dilalui Juan Martin. Tapi Anda belajar dari kesulitan ketika Anda terpuruk," sahut Djokovic
Setelah laga final US Open 2018 di sektor wanita yang dramatis antara Serena Williams melawan Naomi Osaka usai , tadi pagi laga final di sektor pria pun selesai dihelat. Â Petenis Serbia, Novak Djokovic berhasil menang atas petenis Argentina, Juan Martin Del Potro, 6-3, 7-6 (4), 6-3.
Jika kita mengira bahwa laga Djokovic melawan Del Potro adalah laga yang tanpa kesan dan sepi, maka kita keliru, karena laga ini menyisakan kisah menarik bagi kedua pemain yang berharap bersinar setelah melewati perjuangan melawan cedera.
Setelah publik di Flushing Meadows kehilangan dua pujaan mereka yang tersingkir terlebih dahulu yakni Roger Federer dan Rafael Nadal, dukungan mereka dialihkan ke Del Potro. Del Potro didukung tentu ada sebabnya.
 Del Potro dianggap sebagai petenis yang sangat menginspirasi dari dalam dan di luar lapangan. Kisah ini dimulai sejak US Open 2016. Del Potro disoraki publik di Arthur Ashe Stadium dengan "Ole, Ole, Ole, Ole Del Po".  Saat itu para penonton memberi semangat kepada Del Potro yang baru kembali dari perjuangan panjang melawan cedera pergelangan tangan yang membelenggunya.
Bayangkan saja tahun 2014 dan 2015, Del Potro hanya tampil di enam turnamen. Saat peristiwa 2016 itu berlangsung, Del Potro sampai mengeluarkan air mata haru, sebagai respon dari apresiasi dari publik di US Open.
Namun dukungan bagi Del Potro pada US Open 2018 kali ini ternyata tak berdampak apa-apa kala berhadapan dengan Novak Djokovic. Del Potro harus mengakui keunggulan The Djoker, tiga set langsung dalam pertarungan yang berlangsung selama tiga jam 16 menit. Â
Harus diakui bahwa Del Potro bukan saja kalah secara teknik semata, tetapi dari segi motivasi dapat dikatakan bahwa  Djokovic juga sebenarnya telah berjuang menghadapi hal serupa dengan yang dialami Del Potro. Untuk kedua hal motivasi untuk bangkit ini kedua petenis ini adalah pemenangnya.
Cerita dimulai pada akhir 2017 saat Djokovic yang sempat lama menjadi petenis nomor satu dunia harus terlempar hingga  peringkat 12 dunia. Hal tersebut menjadi peringkat terendah Djokovic sejak Maret 2007 karena pergulatan Djokovic menghadapi cedera siku yang dialaminya.
Ketika kembali bermain di awal tahun 2018 setelah dioperasi, Djokovic kembali disorot media. Bukan karena keberhasilan tetapi karena keterpurukan. Di turnamen Miami terbuka pada Maret 2018, Djokovic kandas dari petenis peringkat ke-46 dunia, Benoit Pare, 3-6, 4-6. Media mempertanyakan apakah Djokovic bisa kembali ke performa terbaiknya setelah kalah dalam 3 turnamen secara beruntun di babak awal. Â