Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Wal dan Cerita dari Penjara Australia

6 September 2018   21:37 Diperbarui: 11 September 2018   06:44 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finishing Semprot I Dokumen Pribadi

Hari ini bengkel kayu kembali ramai. Selama kurang lebih 10 hari saya akan bersama 20 orang yang diutus desa atau kampung mereka untuk belajar Finishing Teknik Semprot. Sebuah cara untuk memperindah hasil mebel kayu jati buatan mereka. Ya, mereka dikenal sebagai para tukang mebel dari desa mereka.

Mayoritas mereka sudah dewasa. Usianya rata-rata di atas 40 tahun. Melatih siswa di usia ini bagi saya gampang-gampang susah. Soal motivasi tak menjadi masalah, persoalannya adalah merebut  kepercayaan bahwa saya bisa membantu mereka itulah yang jadi soal. Tapi jika sudah berhasil, mereka akan jadi sahabat dan juga teman ngobrol yang menarik.

"Saya dulu kerja mebel di Melbourne pak"  kata pria berkulit hitam dengan banyak kerutan di dahinya. Saya mengenalnya dengan nama Pak Wal. Utusan dari sebuah pulau kecil yang terpisah dari Pulau Timor.

Pak Wal terkenal tak banyak bicara dan bergaul dengan teman sekitar,  sehingga ketika dia mengajak saya bicara, artinya saya sudah berhasil untuk meraih kepercayaan.

"Oh...begitu pak" sahut saya, sedikit terkejut.

"Bagaimana bisa pak Wal?"

" Saya belajar mebel di penjara Melbourne" kata Pak Wal lagi.

Pak Wal lantas bercerita bagaimana dia  bisa sampai di Melbourne dan menjadi tahanan di penjara di sana.

Pak Wal sebenarnya berprofesi sebagai seorang nelayan. Pada akhir tahun 2010, Pak Wal bersama kedua pemuda dari desanya mencoba menangkap ikan hingga mendekati pulau pasir.  Singkat cerita Pak Wal ditangkap polisi perbatasan Australia.

"Perahu bapak?"

"Dibakar dan ditenggelamkan" kata Pak Wal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun