"Siapa dari semua bek sentral di timnas Inggris yang mampu menampilkan performa seperti yang ditunjukkan Chiellini dalam 20 menit akhir kontra Spurs di Wembley ? Tak ada yang mendekatinya!".
"Di mana Chiellini-nya Inggris?" tulis Jamie Carragher dalam di The Telegraph.
Bek Juventus, Chiellini memang tampil epik dalam pertandingan yang dimenangkan oleh Juventus 2-1 tersebut. Selain tampil lugas dan cerdas, Chiellini mampu memompa semangat timnya ketika ditekan lawan.Â
Salah satu yang pasti diingat oleh Carragher adalah ketika Chiellini berhasil bola umpan Son Heung Min yang melaju  mulus dan siap disambut tendangan Harry Kane. Sesudah itu, Chiellini dan Buffon saling membenturkan kepala, saling menyemangati khas Juventus.
Lupakan dulu pertandingan itu. Menjelang perhelatan Piala Dunia 2018 nanti, pendapat Carragher patut menjadi perhatian. Bukan hanya karena dia adalah seorang pandit, tetapi dia adalah mantan pemain timnas Inggris dengan 30 caps dan juga berposisi sebagai seorang bek. Pada masanya (1999-2010), timnas Inggris memiliki lini belakang khususnya bek tengah yang terbilang kuat. Ada nama Rio Ferdinand, Martin Keown, Sol Campbell hingga pelatih timnas sekarang, Gareth Southgate.
Bandingkan dengan bek tengah di lini belakang skuad timnas Inggris sekarang. Tertinggal nama-nama seperti Gary Cahill (Chelsea), Phil Jones (Manchester United), Chris Smalling (Manchester United), John Stones (Manchester City). Â Sudah cukup ampuh?. Menurut Carragher, jauh dari kata cukup. Saya ikut setuju dengan pendapat Carragher.
Paling tidak ada dua alasan kekinian yang dijadikan dasar dari pendapat saya. Pertama, gagalnya MU dan Chelsea melaju ke 8 besar Liga Champions. Bukan mengesampingkan fakta bahwa Barcelona dan Sevilla memang pantas lolos, namun tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor kegagalan dari MU dan Chelsea adalah lemahnya bek tengah mereka, terkhususnya bek asal Inggris.
Cahill, Jones, Smalling, Luke Shaw sering kesulitan ketika berhadapan dengan pemain-pemain dari kesebelasan dari negara lain di kompetisi itu. Hal ini memang menjadi concern dari pelatih Antonio Conte di Chelsea dan Mourinho di MU. Conte berulang kali memohon untuk dibelikan bek berkelas seperti Bonnuci, karena sudah  muak dengan penampilan Cahill yang angin-anginan.Â
Sedangkan di MU, Mourinho sudah memasukan Jones, Smalling dan Luke Shaw dalam daftar jual mereka.Â
Kedua, bek tengah timnas Inggris tidak mendapat tempat utama di klubnya. Dari klub Inggris  yang lolos ke perempat final Liga Champions, Manchester City dan Liverpool, paling tidak hanya John Stones (City) yang mampu membanggakan Ratu Inggris. Meski harus bersaing dengan Nicolas Otamendi dan Vincent Kompany.
Selebihnya, klub-klub itu mengandalkan bek-bek tengah bayaran dari negara lain. Seperti Lovren (Kroasia), Otamendi (Argentina) atau Kompany (Belgia). Â Di tengah ironi negara yang mengaku sebagai ibunya sepak bola itu, posisi Cahill di Chelsea bahkan harus disingkirkan anak muda Denmark, Andres Christensen.Â