Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat ditelepon Istri Teman Kantor

2 Maret 2018   05:22 Diperbarui: 2 Maret 2018   07:21 2472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hmm....saya tidak terlalu mengenal Lusi, Santhy. Tapi jika ingin info tentang Lusi, coba Santhy hubungi Meggy. Tahu Meggy kan?" jawab saya. 

"Tahu..." jawab Santhy pendek.

Meggy adalah teman seangkatan Santhy sewaktu diangkat menjadi pegawai pemerintah, namun bekerja di unit yang berbeda. Tapi saya sebenarnya tidak tahu sedekat apa mereka. Tapi yang pasti, saya tidak ingin memikul tanggung jawab "memata-matai" tingkah laku suaminya selama berada di kantor, jika itu sebenarnya keinginan Santhy menghubungi saya.

Bukan tidak ingin membantu Santhy, tetapi saya masih belum bisa berpikir, apakah pola seperti ini dapat menyelamatkan rumah tangga mereka atau tidak, atau bahkan akan memperkeruh suasana keluarga mereka. Stanley bukanlah orang yang suka berbicara tentang urusan personalnya, dia akan terlihat emosional jika bicara soal itu.

Lagian, memperkenalkan Meggy yang adalah wanita terlibat dalam masalah ini untuk berbicara dengan Santhy, terlihat lebih afdol, karena mungkin seorang wanita lebih dapat memahami perasaan Santhy.

"Iya kak Arnold. Terima kasih ya,  tolong jangan bilang Stanley saya menelpon kakak" kali ini Santhy seperti telah memahami maksud saya, yang jelas tak ingin terlibat terlalu jauh.

"Iya Santhy, tetap kuat. Yang terbaik untuk kalian berdua ya" jawab saja mencoba bijak. "Iya, selamat sore" suara Santhy memelan, dan sambungan HP pun akhirnya putus.

Meski tak terlibat terlalu jauh, namun sesudah itu ada suasana berbeda ketika melihat Stanley ketika sedang di kantor dan sesekali bercerita soal Lusi dan Santhy di waktu senggang. Stanley memang terlihat antusias ketika menceritakan kedua wanita ini.  Satu istrinya, satu selingkuhannya.

Saya hanya tersenyum dan menanggapi seperlunya. Sampai saat ini, saya merasa tak perlu menceritakan "curhat" Santhy kepada saya. Meski, terkadang saya berpikir Stanley sudah diceritakan istrinya bahwa telah menelepon saya.

Alasannya yakni wanita lebih susah menyimpan rahasia, apalagi Santhy mempunyai kepentingan "mengancam" Stanley melalui saya yang bisa dicap sebagai "mata-mata", meski saya telah menolaknya dengan cara yang baik. Di kantor Stanley menghormati saya, dan sebaliknya saya juga menghormatinya. Mungkin itu yang membuat relasi kami baik-baik saja sampai saat ini.

Sampai sekarang (sudah lebih dari 3 bulan), sepertinya Stanley masih "bermain api" dengan Lusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun