Sebagai Persipura Mania, hati ini seperti diacak-acak. Hendak yakin dalam optimisme, tetapi melihat geliat transfer pemain di Persipura Jayapura, kekuatiran perlahan-lahan rapi membalut keyakinan itu. Sampai kapan?. Mungkin sampai rasa kuatir  itu akhirnya terbukti salah.
Banyaknya eksodus pemain andalan menjadi salah satu alasan. Nelson Alom, Osvaldo Haay , Ruben Sanadi dan Ferinando Pahabol ramai-ramai berlabuh ke Persebaya. Langkah mereka diikuti oleh Rony Beroperay yang pindah ke Barito Putera.
Belum selesai kesedihan penggemar Mutiara Hitam, kiper berpengalaman asal Korea Selatan, Yoo Jae-hoon juga memilih hengkang dengan bergabung dengan Mitra Kukar, dan akhirnya perginya pemain secara massal ini ditutup dengan kepindahan striker muda mereka, Marinus Wanewar ke Bhayangkara FC (semoga tidak diikuti dengan yang lain).
Alasan kepindahan mereka, mayoritas karena krisis keuangan yang dialami oleh Persipura. Freeport dan Bank Papua terlambat memutuskan sekaligus mencairkan dana bagi klub asal kota Jayapura ini. Akibatnya, Persipura tak tampil di turnamen pra musim bergengsi seperti Piala Presiden dan juga Piala Gubernur Kaltim.
Meski akhirnya Freeport dan Bank Papua sudah memastikan akan mendukung Persipura untuk Liga 1 2018, tetapi melihat aktifitas transfer Persipura, maka saya hanya bisa mengurut dada sambil berkata dalam hati bahwa krisis ini belum sepenuhnya berakhir.
Nama-nama seperti Striker Marcel Sacramento yang ditolak Madura United, serta gelandang serang Hilton Moreira yang sudah kadaluarsa di sepak bola Indonesia menjadi alasannya, keduanya adalah rekrutan pemain asing anyar klub.
Bagaimana bisa klub merekrut mereka padahal Persipura Jayapura yang merupakan kesebelasan tersukses di era Liga Indonesia digulirkan, dikenal bukan klub yang begitu saja mau mendatangkan pemain asing kelas "biasa" di timnya.
Nama-nama seperti Ernest Jeremiah dan Beto Goncalves adalah nama-nama striker kelas atas pada zamannya yang bermain di Persipura. Di lini tengah, Zah Rahan dan Robertino Pugliara adalah pemain tengah yang tak kalah hebat. Sekarang, dunia seakan terbalik bagi klub yang berdiri pada 1 Mei 1963 ini.
Pemain tengah legendaris Persipura, Eduard "Edu" Ivakdalam mencoba berkomentar tentang filosofi mendatangkan pemain asing berkelas. "Kemampuan mereka harus di atas pemain lokal, biar kita bisa belajar dari mereka" ujar Edu, suatu waktu. Filosofi itu seakan menguap seiring keterbatasan dana di Persipura.
Berharap pada Peter Butler