Real Madrid dihabisi Leganes di Santiago Bernabeau. Tak ada yang akan mengira bahwa kemenangan Madrid di kandang Leganes 1-0, mampu dibalas Leganes 2-1 di Bernabeau pada babak perempat final Copa del Rey. Klub yang masih ada di Segunda III di tahun 2013 ini membuat dunia seakan terbalik.
Leganes menjadi pelaku sejarah. Untuk  pertama kali di Copa del Rey, ada tim yang berhasil menyingkirkan Real Madrid di Bernabeu setelah kalah di kandang sendiri pada partai pertama. Sepak bola Spanyol geger.
Di La Liga nasib Madrid tak beda jauh, Â Los Blancos ketinggalan 19 poin dari rival abadi mereka, Barcelona sehingga terpaku diposisi keempat di bawah Valencia dan Atletico Madrid. Bahkan Villareal sendiri masih mempunyai peluang untuk menggeser Madrid dengan selisih hanya 1 poin.
Setelah tampil hebat di musim lalu dengan menjadi juara La Liga, Liga Champions, dan Juara dunia antar klub pasukan Zinedine Zidane ini seperti terjun bebas. Hal  ini membuat Madridistas bertanya-tanya, ada apa dengan Real Madrid?
Siapa yang perlu disalahkan, Zinedine Zidane yang tak "pintar" lagi, lini belakang yang sudah kebobolan sebanyak 18 gol hingga pekan ke-19, lini tengah yang seakan kehilangan antusiasme atau lini depan yang tak bertaji? Rumit untuk mengurainya.
Tetapi ibarat tim yang berfilosofi menyerang, maka kupasan permasalahan ini bisa dimulai dengan persoalan ketajaman Christiano Ronaldo cs. Sampai akhir tahun lalu, Madrid hanya mencetak 25 gol dalam 14 pertandingan, terburuk sejak musim 2006-2007. Â Meski membaik di awal tahun 2018, tetapi catatan Ronaldo yang hanya mencetak 6 gol sampai saat ini menyiratkan banyak hal.
Ronaldo melempem sejak mengalami cedera, sesudah sembuh Ronaldo menginginkan kontrak baru yang lebih baik, Presiden klub, Florentino Perez tidak bergeming. Ronaldo kecewa berat kepada Perez dan menuduh Perez  ingkar janji, Perez tidak peduli dan cuek. Perez terkesan ingin mengusir Ronaldo, sekaligus memantik minat pemain bintang lain, semisal Neymar. Masa depan Ronaldo di Madrid suram.
Di saat seperti ini, seharusnya Madrid butuh bintang lain untuk mengisi kekosongan Ronaldo. Gareth Bale terlihat sudah mulai mampu mengisi peran itu, dalam dua pertandingan terakhir Bale tak absen mencetak gol. Sayang, Bale sering terserang demam akut bernama inkonsistensi, selain rentan cedera. Benzema? Ah, Benzema sudah tak berkembang di Madrid, pemanis yang hampir tak manis lagi.
Lini tengah seharusnya menjadi lini yang paling aman di Real Madrid. Kroos, Casemiro dan Modrid sudah dianggap sebagai trio lini tengah terbaik dunia sekarang. Namun, persoalannya bukan itu, kedalaman skuad lini tengah patut dipertanyakan. Ketika trio ini tidak tampil prima atau salah satunya cedera, siapa penggantinya?. Hampir tidak ada yang sepadan. Isco? Tenggelam musim ini, entah ke mana.
Bagaimana dengan lini belakang? Sergio Ramos yang seharusnya memimpin, memotivasi terkadang malahan meluluhkan semangat pemain lain. Meskipun tangguh di belakang, tetapi Ramos sering telrihat tidak mampu menjaga emosinya. Rekor 19 kartu merah dalam 416 penampilan tak pelak menjadi miliknya.
Meskipun dapat diperdebatkan konteks Ramos mendapat kertu merah, tetapi dapat dibandingkan bahwa Maldini mendapat kartu merah sebanyak empat kali dalam 886 pertandingan dan Carlos Puyol mendapatkan 3 kartu merah dalam 593 pertandingan. Artinya? Anda dapat menilai sendiri.