Hidup pria bernama lengkap Ronald Frederick "Ron" Atkinson  adalah hidup yang ideal sebelum tahun 2004. Sebagai pemain, dia sudah dikenal sebagai legenda Oxford United karena tercatat sebagai pemain dengan penampilan terbanyak bagi klub (384 penampilan dari tahun 1957 sampai 1971).
Sesudah pensiun sebagai pemain, karir Atkinson pun berlanjut sebagai seorang manajer. Dikenal sebagai "Big Ron", prestasi Atkinson sebagai manajer juga tak bisa dipandang enteng. Di tanah Inggris, Atkinson berhasil membawa Manchester United menjuarai Piala FA tahun 1983 dan 1985. Keberhasilan yang sempat membawanya ke Spanyol dengan menukangi Atletico Madrid.
Seusai pensiun sebagai pelatih pada tahun 1999, Atkinson pun berlanjut sebagai seorang pengamat sepak bola. Big Ron dinilai sebagai pengamat sepak bola Inggris paling terkenal pada dekade 1990-an dan awal 2000-an. Â
Sayang, untaian perjalanan karir Atkinson yang "ideal" itu sekejap harus terhenti karena sebuah insiden ketika dia sedang bertugas sebagai komentator pertandingan antara Monaco melawan Chelsea  dalam laga semifinal Liga Champions, 21 April 2004.
Seusai menganalisis pertandingan bagi stasiun TV, ITV, Big Ron kedapatan melontarkan sebuah pernyataan tentang pemain Chelsea, Marcel Desailly. "He's what is known in some schools as a f****g lazy thick nigger. (dia (Desailly) adalah pemain yang dikenal selama disekolah sebagai seorang f****g  negro yang sangat malas."). Pernyataan yang sebenarnya dikeluarkan seusai pertandingan namun terdengar pagi pemirsa ITV di seluruh Timur Tengah.
Pernyataan rasial ini sontak mendapat respon dari berbagai pihak dan kebanyakan negatif. Bahkan pihak ITV yang mengontrak Atkinson pun langsung menghentikan kontrak mereka dengan Atkinson, serta mengadakan konferensi pers khusus untuk itu.
"Kami tidak memaafkan komentar yang dipermasalahkan, meski dilakukan setelah pertandingan. Penyalahgunaan yang kami sesalkan keluar dari komentator yang dihormati dan berpengalaman. Dia (Atkinson) langsung mengajukan pengunduran diri, dan kami terima" kata juru bicara ITV, dikutip dari The Guardian,22 April 2004.
Sesudah itu, Atkinson yang juga hampir tidak percaya bisa mengeluarkan kalimat seperti itu mencoba membela diri . "Jika Anda melihat rekam jejak saya sebagai manajer, saya adalah salah satu manajer pertama dalam permainan yang memberi kesempatan kepada pemain kulit hitam." kata Atkinson memelas.
Namun semuanya sudah terlambat. Ibarat pepatah, nila setitik merusak susu sebelanga. Big Ron tidak berhati-hati dengan pemilihan kata-katanya dan berakibat fatal.
Intelektual, pengalaman dan ilmu segudang yang dia miliki selama terlibat di sepak bola ternyata tidak sanggup membendung sisi gelap yang diam-diam dia  pelihara yang akhirnya harus keluar tanpa dia sadari melalui perkataannya saat itu.
Sepak bola yang seharusnya mempersatukan sekejap dipecah belah dengan ungkapan Atkinson. Sepak bola yang seharusnya berisi kegembiraan, diisi dengan kesinisan yang kental dari ucapan seorang Atkinson. Sepak bola yang seharusnya menyatukan perbedaan dirusak perkataan seorang Atkinson yang sebenarnya telah melanglang buana merasakan dan melihat perbedaan itu.